-->


"Kami tidak lebih hanyalah para penuntut ilmu yang fakir dan hina. Berjalan Keluar masuk melewati jalan-jalan di belantara mazhab. Di sini berhati-hatilah, siapa saja bisa tersesat dan berputar-putar dalam kesia-siaan. Banyak papan nama, baik yang baru dipasang atau yang sudah lama ada. Memilih jalan ini begitu mudah dan bahkan membanggakan bagi siapa saja yang tidak teliti. Akhirnya yang kami pilih adalah jalan dengan 'papan nama' yang sudah ada sejak lama. Inilah jalan kami, jalan Ahlus Sunnah Waljama'ah, jalan konservative, jalannya para pendahulu yang telah merintis dan menempuh jalan estafet dari Rosulullah SAW. Adapun jalan dengan papan nama yang baru dipasang kami ucapkan selamat tinggal. Biarkan kami memilih jalan ini, jalan tradisi Islam turun temurun yang sambung menyambung sanad: murid dari guru, dari guru, dari guru.... dari Salafunas Sholih, dari tabi'ut tabi'in, dari tabi'in, dari sahabat, sumbernya langsung sampai ke Baginda Rosulullah SAW.
Inilah jalan kami.... Ahlussunnah Waljama'ah.


Cari Blog Ini

Sabtu, 31 Maret 2012

Kisah & Peninggalan Kanjeng Nabi Muhammad SAW-3

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah & Peninggalan Kanjeng Nabi Muhammad SAW-2

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah & Peninggalan Kanjeng Nabi Muhammad SAW-1

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kamis, 29 Maret 2012

Kisah Wali Alloh Syech Abdul Qodir Jailani-11

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Abdul Qodir Jailani-10

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Abdul Qodir Jailani-9

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Abdul Qodir Jailani-8

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Abdul Qodir Jailani-7

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Abdul Qodir Jailani-6

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Abdul Qodir Jailani-5

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Abdul Qodir Jailani-4

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Abdul Qodir Jailani-3

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Abdul Qodir Jailani-2

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Abdul Qodir Jailani-1

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Rabu, 28 Maret 2012

Kisah Wali Alloh Syech Ahmad Badawi-4

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Ahmad Badawi-6

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Ahmad Badawi-5

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Ahmad Badawi-3

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Wali Alloh Syech Ahmad Badawi-2

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Selasa, 27 Maret 2012

KIsah Syech Wali Alloh Ahmad Badawi-1

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم




Read more »»  

Kegiatan Ta'lim Jama'ah MT. Miftahul Khoir

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Read more »»  

Senin, 26 Maret 2012

Lomba Marawis MTs. Amanatul Muslimin Jakarta-Indonesia

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

KH. Uci Turtusi Cilongok-Tangerang-Banten-Indonesia

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Syekh Nawawi Albantani Tanahara-Serang-Banten-Indonesia

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi 

Al-Ghazali Modern

Bismilahirrahmanirrahim Walhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin Wassholatu Wassalamu `Ala Rasulillah, Wa’ala Aalihie Washohbihie Waman Walaah amma ba’du…
Nama Syekh Nawawi Banten sudah tidak asing lagi bagi umat Islam Indonesia. Bahkan sering terdengar disamakan kebesarannya dengan tokoh ulama klasik madzhab Syafi’i Imam Nawawi (w.676 H/l277 M). Melalui karya-karyanya yang tersebar di pesantren-pesantren tradisional yang sampai sekarang masih banyak dikaji, nama Kiai asal Banten ini seakan masih hidup dan terus menyertai umat memberikan wejangan ajaran Islam yang menyejukkan. Di setiap majlis ta’lim karyanya selalu dijadikan rujukan utama dalam berbagai ilmu; dari ilmu tauhid, fiqh, tasawuf sampai tafsir. Karya-karyanya sangat berjasa dalam mengarahkan mainstrim keilmuan yang dikembangkan di lembaga-Iembaga pesantren yang berada di bawah naungan NU.
Di kalangan komunitas pesantren Syekh Nawawi tidak hanya dikenal sebagai ulama penulis kitab, tapi juga ia adalah mahaguru sejati (the great scholar). Nawawi telah banyak berjasa meletakkan landasan teologis dan batasan-batasan etis tradisi keilmuan di lembaga pendidikan pesantren. Ia turut banyak membentuk keintelektualan tokoh-tokoh para pendiri pesantren yang sekaligus juga banyak menjadi tokoh pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Apabila KH. Hasyim Asyari sering disebut sebagai tokoh yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya NU, maka Syekh Nawawi adalah guru utamanya.
 Di sela-sela pengajian kitab-kitab karya gurunya ini, seringkali KH. Hasyim Asyari bernostalgia bercerita tentang kehidupan Syekh Nawawi, kadang mengenangnya sampai meneteskan air mata karena besarnya kecintaan beliau terhadap Syekh Nawawi.
Mengungkap jaringan intelektual para ulama Indonesia sebelum organisasi NU berdiri merupakan kajian yang terlupakan dari perhatian para pemerhati NU. Terlebih lagi bila ditarik sampai keterkaitannya dengan keberhasilan ulama-ulama tradisional dalam karir keilmuannya di Mekkah dan Madinah. Salah satu faktor minimnya kajian di seputar ini adalah diakibatkan dari persepsi pemahaman sebagian masyarakat yang sederhana terhadap NU. NU dipahami sebagai organisasi keagamaan yang seolah-olah hanya bergerak dalam sosial politik dengan sejumlah langkah-langkah perjalanan politik praktisnya, dan bukan sebagai organisasi intelektual keagamaan yang bergerak dalam keilmuan dan mencetak para ulama. Sehingga orang merasa heran dan terkagum-kagum ketika menyaksikan belakangan ini banyak anak muda NU mengusung gerakan pemikiran yang sangat maju, berani dan progressif. Mereka tidak menyadari kalau di tubuh NU juga memiliki akar tradisi intelektual keilmuan yang mapan dan tipikal. Dengan begitu NU berdiri untuk menyelamatkan tradisi keilmuan Islam yang hampir tercerabut dari akar keilmuan ulama salaf. Figur ulama seperti Syekh Nawawi Banten merupakan sosok ulama berpengaruh yang tipikal dari model pemikiran demikian.
Ia memegang teguh mempertahankan traidisi keilmuan klasik, suatu tradisi keilmuan yang tidak bisa dilepaskan dari kesinambungan secara evolutif dalam pembentukkan keilmuan agama Islam. Besarnya pengaruh pola pemahaman dan pemikiran Syekh Nawawi Banten terhadap para tokoh ulama di Indonesia, Nawawi dapat dikatakan sebagai poros dari akar tradisi keilmuan pesantren dan NU. Untuk itu menarik jika di sini diuraikan sosok sang kiai ini dengan sejumlah pemikiran mendasar yang kelak akan banyak menjadi karakteristik pola pemikiran dan perjuangan para muridnya di pesantren-pesantren.
Hidup Syekh Nawawi
Syekh Nawawi Banten memiliki nama lengkap Abu Abd al-Mu’ti Muhammad ibn Umar al- Tanara al-Jawi al-Bantani. Ia lebih dikenal dengan sebutan Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani. Dilahirkan di Kampung Tanara, Serang, Banten pada tahun 1815 M/1230 H. Pada tanggal 25 Syawal 1314 H/1897 M. Nawawi menghembuskan nafasnya yang terakhir di usia 84 tahun. Ia dimakamkan di Ma’la dekat makam Siti Khadijah, Ummul Mukminin istri Nabi. Sebagai tokoh kebanggaan umat Islam di Jawa khususnya di Banten, Umat Islam di desa Tanara, Tirtayasa Banten setiap tahun di hari Jum’at terakhir bulan Syawwal selalu diadakan acara khol untuk memperingati jejak peninggalan Syekh Nawawi Banten.
 Ayahnya bernama Kiai Umar, seorang pejabat penghulu yang memimpin Masjid. Dari silsilahnya, Nawawi merupakan keturunan kesultanan yang ke-12 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu keturunan dari putra Maulana Hasanuddin (Sultan Banten I) yang bemama Sunyararas (Tajul ‘Arsy). Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad melalui Imam Ja’far As- Shodiq, Imam Muhammad al Baqir, Imam Ali Zainal Abidin, Sayyidina Husen, Fatimah al-Zahra.
Pada usia 15 tahun, ia mendapat kesempatan untuk pergi ke Mekkah menunaikan ibadah haji. Di sana ia memanfaatkannya untuk belajar ilmu kalam, bahasa dan sastra Arab, ilmu hadis, tafsir dan terutama ilmu fiqh. Setelah tiga tahun belajar di Mekkah ia kembali ke daerahnya tahun 1833 dengan khazanah ilmu keagamaan yang relatif cukup lengkap untuk membantu ayahnya mengajar para santri. Nawawi yang sejak kecil telah menunjukkan kecerdasannya langsung mendapat simpati dari masyarakat Kedatangannya membuat pesantren yang dibina ayahnya membludak didatangi oleh santri yang datang dari berbagai pelosok. Namun hanya beberapa tahun kemudian ia memutuskan berangkat lagi ke Mekkah sesuai dengan impiannya untuk mukim dan menetap di sana.
 Di Mekkah ia melanjutkan belajar ke guru-gurunya yang terkenal, pertama kali ia mengikuti bimbingan dari Syeikh Khatib Sambas (Penyatu Thariqat Qodiriyah-Naqsyabandiyah di Indonesia) dan Syekh Abdul Gani Duma, ulama asal Indonesia yang bermukim di sana. Setelah itu belajar pada Sayid Ahmad Dimyati, Ahmad Zaini Dahlan yang keduanya di Mekkah. Sedang di Madinah, ia belajar pada Muhammad Khatib al-Hanbali. Kemudian ia melanjutkan pelajarannya pada ulama-ulama besar di Mesir dan Syam (Syiria). Menurut penuturan Abdul Jabbar bahwa Nawawi juga pemah melakukan perjalanan menuntut ilmunya ke Mesir. Guru sejatinya pun berasal dari Mesir seperti Syekh Yusuf Sumbulawini dan Syekh Ahmad Nahrawi.
Setelah ia memutuskan untuk memilih hidup di Mekkah dan meninggalkan kampung halamannya ia menimba ilmu lebih dalam lagi di Mekkah selama 30 tahun. Kemudian pada tahun 1860 Nawawi mulai mengajar di lingkungan Masjid al-Haram. Prestasi mengajarnya cukup memuaskan karena dengan kedalaman pengetahuan agamanya, ia tercatat sebagai Syekh di sana. Pada tahun 1870 kesibukannya bertambah karena ia harus banyak menulis kitab. Inisiatif menulis banyak datang dari desakan sebagian koleganya yang meminta untuk menuliskan beberapa kitab. Kebanyakan permintaan itu datang dari sahabatnya yang berasal dari Jawi, karena dibutuhkan untuk dibacakan kembali di daerah asalnya.
 Desakan itu dapat terlihat dalam setiap karyanya yang sering ditulis atas permohonan sahabatnya. Kitab-kitab yang ditulisnya sebagian besar adalah kitab-kitab komentar (Syarh) dari karya-karya ulama sebelumnya yang populer dan dianggap sulit dipahami. Alasan menulis Syarh selain karena permintaan orang lain, Nawawi juga berkeinginan untuk melestarikan karya pendahulunya yang sering mengalami perubahan (ta’rif) dan pengurangan.
Dalam menyusun karyanya Nawawi selalu berkonsultasi dengan ulama-ulama besar lainnya, sebelum naik cetak naskahnya terlebih dahulu dibaca oleh mereka. Dilihat dari berbagai tempat kota penerbitan dan seringnya mengalami cetak ulang sebagaimana terlihat di atas maka dapat dipastikan bahwa karya tulisnya cepat tersiar ke berbagai penjuru dunia sampai ke daerah Mesir dan Syiria. Karena karyanya yang tersebar luas dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan padat isinya ini nama Nawawi bahkan termasuk dalam kategori salah satu ulama besar di abad ke 14 H/19 M. Karena kemasyhurannya ia mendapat gelar: A’yan ‘Ulama’ al-Qarn aI-Ra M’ ‘Asyar Li al-Hijrah,. AI-Imam al-Mul1aqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq, dan Sayyid ‘Ulama al-Hijaz [pemimpin Ulama daerah Hijaz, red.].
 Kesibukannya dalam menulis membuat Nawawi kesulitan dalam mengorganisir waktu sehingga tidak jarang untuk mengajar para pemula ia sering mendelegasikan siswa-siswa seniornya untuk membantunya. Cara ini kelak ditiru sebagai metode pembelajaran di beberapa pesantren di pulau Jawa. Di sana santri pemula dianjurkan harus menguasai beberapa ilmu dasar terlebih dahulu sebelum belajar langsung pada kiai agar proses pembelajaran dengan kiai tidak mengalami kesulitan.
Bidang Teologi
Karya-karya besar Nawawi yang gagasan pemikiran pembaharuannya berangkat dari Mesir, sesungguhnya terbagi dalam tujuh kategorisasi bidang; yakni bidang tafsir, tauhid, fiqh, tasawuf, sejarah nabi, bahasa dan retorika. Hampir semua bidang ditulis dalam beberapa kitab kecuali bidang tafsir yang ditulisnya hanya satu kitab. Dari banyaknya karya yang ditulisnya ini dapat jadikan bukti bahwa memang Syeikh Nawawi adalah seorang penulis produktif multidisiplin, beliau banyak mengetahui semua bidang keilmuan Islam. Luasnya wawasan pengetahuan Nawawi yang tersebar membuat kesulitan bagi pengamat untuk menjelajah seluruh pemikirannya secara komprehensif-utuh.
 Dalam beberapa tulisannya seringkali Nawawi mengaku dirinya sebagai penganut teologi Asy’ari (al-Asyari al-I’tiqodiy). Karya-karyanya yang banyak dikaji di Indonesia di bidang ini dianranya Fath ai-Majid, Tijan al-Durari, Nur al Dzulam, al-Futuhat al-Madaniyah, al-Tsumar al-Yaniah, Bahjat al-Wasail, Kasyifat as-Suja dan Mirqat al-Su’ud.
Sejalan dengan prinsip pola fikir yang dibangunnya, dalam bidang teologi Nawawi mengikuti aliran teologi Imam Abu Hasan al-Asyari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Sebagai penganut Asyariyah Syekh Nawawi banyak memperkenalkan konsep sifa-sifat Allah. Seorang muslim harus mempercayai bahwa Allah memiliki sifat yang dapat diketahui dari perbuatannya (His Act), karena sifat Allah adalah perbuatanNya. Dia membagi sifat Allah dalam tiga bagian : wajib, mustahil dan mumkin. Sifat Wajib adalah sifat yang pasti melekat pada Allah dan mustahil tidak adanya, dan mustahil adalah sifat yang pasti tidak melekat pada Allah dan wajib tidak adanya, sementara mumkin adalah sifat yang boleh ada dan tidak ada pada Allah. Meskipun Nawawi bukan orang pertama yang membahas konsep sifatiyah Allah, namun dalam konteks Indonesia Nawawi dinilai orang yang berhasil memperkenalkan teologi Asyari sebagai sistem teologi yang kuat di negeri ini.
 Kemudian mengenai dalil naqliy dan ‘aqliy, menurutnya harus digunakan bersama-sama, tetapi terkadang bila terjadi pertentangan di antara keduanya maka naql harus didahulukan. Kewajiban seseorang untuk meyakini segala hal yang terkait dengan keimanan terhadap keberadaan Allah hanya dapat diketahui oleh naql, bukan dari aql. Bahkan tiga sifat di atas pun diperkenalkan kepada Nabi. Dan setiap mukallaf diwajibkan untuk menyimpan rapih pemahamannya dalam benak akal pikirannya.
Tema yang perlu diketahui di sini adalah tentang Kemahakuasaan Allah (Absolutenes of God). Sebagaimana teolog Asy’ary lainnya, Nawawi menempatkan dirinya sebagai penganut aliran yang berada di tengah-tengah antara dua aliran teologi ekstrim: Qadariyah dan Jabbariyah, sebagaimana dianut oleh ahlussunnah wal-Jama’ah. Dia mengakui Kemahakuasaan Tuhan tetapi konsepnya ini tidak sampai pada konsep jabariyah yang meyakini bahwa sebenamya semua perbuatan manusia itu dinisbatkan pada Allah dan tidak disandarkan pada daya manusia, manusia tidak memiliki kekuatan apa-apa. Untuk hal ini dalam konteks Indonesia sebenarnya Nawawi telah berhasil membangkitkan dan menyegarkan kembali ajaran Agama dalam bidang teologi dan berhasil mengeliminir kecenderungan meluasnya konsep absolutisme Jabbariyah di Indonesia dengan konsep tawakkal bi Allah.
 Sayangnya sebagian sejarawan modern terlanjur menuding teologi Asyariyah sebagai sistem teologi yang tidak dapat menggugah perlawanan kolonialisme. Padahal fenomena kolonialisme pada waktu itu telah melanda seluruh daerah Islam dan tidak ada satu kekuatan teologi pun yang dapat melawannya, bahkan daerah yang bukan Asyariyah pun turut terkena. Dalam konteks Islam Jawa teologi Asyariyah dalam kadar tertentu sebenamya telah dapat menumbuhkan sikap merdekanya dari kekuatan lain setelah tawakkal kepada Allah. Melalui konsep penyerahan diri kepada Allah umat Islam disadarkan bahwa tidak ada kekuatan lain kecuali Allah. Kekuatan Allah tidak terkalahkan oleh kekuatan kolonialis. Di sinilah letak peranan Nawawi dalam pensosialisasian teologi Asyariyahnya yang terbukti dapat menggugah para muridnya di Mekkah berkumpul dalam “koloni Jawa”. Dalam beberapa kesempatan Nawawi sering memprovokasi bahwa bekerja sama dengan kolonial Belanda (non muslim) haram hukumnya. Dan seringkali kumpulan semacam ini selalu dicurigai oleh kolonial Belanda karena memiliki potensi melakukan perlawanan pada mereka.
 Sementara di bidang fikih tidak berlebihan jika Syeikh Nawawi dikatakan sebagai “obor” mazhab imam Syafi’i untuk konteks Indonesia. Melalui karya-karya fiqhnya seperti Syarh Safinat an-Naja, Syarh Sullam at-Taufiq, Nihayat az-Zain fi Irsyad al-Mubtadi’in dan Tasyrih ala Fathul Qarib, sehingga KH. Nawawi berhasil memperkenalkan madzhab Syafi’i secara sempurna Dan, atas dedikasi KH. Nawawi yang mencurahkan hidupnya hanya untuk mengajar dan menulis mendapat apresiasi luas dari berbagai kalangan. Hasil tulisannya yang sudah tersebar luas setelah diterbitkan di berbagai daerah memberi kesan tersendiri bagi para pembacanya. Pada tahun 1870 para ulama Universitas al-Azhar Mesir pernah mengundangnya untuk memberikan kuliah singkat di suatu forum diskusi ilmiyah. Mereka tertarik untuk mengundangnya karena nama KH. Nawawi sudah dikenal melalui karya-karyanya yang telah banyak tersebar di Mesir.
Sufi Brilian
Sejauh itu dalam bidang tasawuf, Nawawi dengan aktivitas intelektualnya mencerminkan ia bersemangat menghidupkan disiplin ilmu-ilmu agama. Dalam bidang ini ia memiliki konsep yang identik dengan tasawuf ortodok. Dari karyanya saja Nawawi menunjukkan seorang sufi brilian, ia banyak memiliki tulisan di bidang tasawuf yang dapat dijadikan sebagai rujukan standar bagi seorang sufi. Brockleman, seorang penulis dari Belanda mencatat ada 3 karya Nawawi yang dapat merepresentasikan pandangan tasawufnya : yaitu Misbah al-Zulam, Qami’ al-Thugyan dan Salalim al Fudala. Di sana Nawawi banyak sekali merujuk kitab Ihya ‘Ulumuddin al-Ghazali. Bahkan kitab ini merupakan rujukan penting bagi setiap tarekat.
 Pandangan tasawufnya meski tidak tergantung pada gurunya Syekh Khatib Sambas, seorang ulama tasawuf asal Jawi yang memimpin sebuah organisasi tarekat, bahkan tidak ikut menjadi anggota tarekat, namun ia memiliki pandangan bahwa keterkaitan antara praktek tarekat, syariat dan hakikat sangat erat. Untuk memahami lebih mudah dari keterkaitan ini Nawawi mengibaratkan syariat dengan sebuah kapal, tarekat dengan lautnya dan hakekat merupakan intan dalam lautan yang dapat diperoleh dengan kapal berlayar di laut. Dalam proses pengamalannya Syariat (hukum) dan tarekat merupakan awal dari perjalanan (ibtida’i) seorang sufi, sementara hakikat adalah hasil dari syariat dan tarikat. Pandangan ini mengindikasikan bahwa Syekh Nawawi tidak menolak praktek-praktek tarekat selama tarekat tersebut tidak mengajarkan hal-hat yang bertentangan dengan ajaran Islam, syariat.
Paparan konsep tasawufnya ini tampak pada konsistensi dengan pijakannya terhadap pengalaman spiritualitas ulama salaf. Tema-teman yang digunakan tidak jauh dari rumusan ulama tasawuf klasik. Model paparan tasawuf inilah yang membuat Nawawi harus dibedakan dengan tokoh sufi Indonesia lainnya. la dapat dimakzulkan (dibedakan) dari karakteristik tipologi tasawuf Indonesia, seperti Hamzah Fansuri, Nuruddin al-Raniri, Abdurrauf Sinkel dan sebagainya.

Read more »»  

Ta'lim di Pontren Al Asyirotul Aminiyah(Syechunal Kirom KH. Ahmad Aminudin Arsyad) Semanan-Kalideres-Jakarta- Indonesia

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Maulid Agung Kanjeng Nabi Muhammad SAW di Tapos-Bogor-Indonesia

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Jumat, 23 Maret 2012

Buya Muhtar Panjalu-Sukabumi-Jawa Barat-Indonesia

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kamis, 22 Maret 2012

'idul Qurban Jama'ah MT. Miftahul Khoir (Bpk. Rudi Bahar)

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

 

 

 

Read more »»  

BIOGRAFI IMAM AS ASYA'ARI

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

           Nama lengkap beliau adalah Abul Hasan Ali bin Isma’il bin Ishaq bin Salim bin Isma’il bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abu Musa Al-Asy’ari. Datuknya, Abu Musa Al-Asy’ari merupakan salah satu sahabat Nabi terkemuka. Menurut beberapa riwayat, Abu Hasan Al-Asy’ari lahir di Bashrah pada tahun 260 H / 875 M. Ketika berusia lebih dari 40 tahun, ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat di sana pada tahun 324 H / 935 M. Menurut ibnu Asakir, ayah Al-Asy’ari adalah seorang yang berfaham Ahlussunnah dan merupakan ahli hadits. Ia wafat ketika Al-Asy’ari masih kecil.

           Sepeninggal Isma’il bin Ishaq, ibunda Ali bin Isma’il menikah dengan syekh Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab Al-Jubba’i( wafat 303 H) seorang tokoh Mu’tazilah terkemuka..Pada masa ( Abad 3 H ) itu banyak ulama mutazilah mengajar di Basrah,kuffah dan Baghdad.Ada 3 orang Kalifah Abasiyah yaitu Ma’mun bin Harun Al Rasyid ( 198-227 H ),Al mu’tashim ( 218-227 H ),Al Watsiq ( 227-232 H ) adalah kalifah-kalifah penganut faham mutazilah atau setidaknya adalah penyokong faham ini pada zamannya.Dalam sejarah dinyatakan bahwa pada zaman itu terjadilah apa yang di namakan “fitnah Qur’an makhluk”yang mengorbankan banyak ulama yang tidak sefaham dengan kaum mutazilah.Ahmad bin hambal,imam buwaithi adalah di antara korbannya..Pada masa Al asy’ari muda,ulama-ulama mutazilah sangat banyak di Basrah kuffah dan Baghdad.Masa itu masa ke emasan bagi faham mutazilah karena fahamnya di sokong oleh pemerintahan.
          Beliau pada mulanya adalah murid dari bapak tirinya Aljuba’i tokoh mutazilah.Setelah sekian lama mempelajari faham mutazilah ,Al asy’ari melihat bahwa dalam faham ini banyak terdapat kesalahan besar.Banyak yang bertentangan dengan itiqod dan kepercayaan Rasulallah saw,para sahabat,qur,an dan hadist.Pada usia 40 tahun, Al-Asy’ari bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw pada malam ke-10, ke-20, dan ke-30 bulan Ramadhan. Dalam tiga mimpinya itu, beliau diperingatkan Rasulullah saw agar meninggalkan faham Mu’tazilah .Menurut beberapa Sumber yang saya temui Bahwa menikahnya ibunda Al asy’ari dengan Aljuba’i dan belajarnya Al asy’ari muda kepada Aljuba’i adalah dalam rangka mempelajari ajaran ini sebagai bekal untuk melawannya di kemudian hari(Wallahu'alam).Terbukti di kemudian hari Al asy’ari berhasil menghujjah dan mengkanvaskan Aljubai dalam perdebatan yang masyhur.
           Pada suatu hari beliau naik kemimbar di masjid bashrah dan berpidato di antara pidato beliau :
“saudara-saudara kaum muslimin yang terhormat! Siapa yang sudah mengetahui saya baiklah, tetapi bagi yang belum”saya adalah Abu hasan Ali Al asy’ari anak dari ismail bin abi basyar.dulu saya berpendapat bahwa qur’an itu makhluk,Allah tidak bisa di lihat dengan mata kepala di akhirat dan manusia bisa menciptakan perbuatannya sendiri serupa dengan kaum mutazilah.Sekarang saya katakan saya telah taubat dari faham mutazilah dan saya lemparkan itiqod mutazilah itu sebagai mana saya lemparkan baju saya ini ( ketika itu di bukanya bajunya dan di lemparkan ).
          Sejak itu Al asy ‘ari berjuang melawan kaum mutazilah dengan lisan dan tulisan,berdebat dan bertanding dengan kaum mutazilah dimana-mana.merumuskan dan membuat kitab-kitab itiqod kaum Ahlu sunah wal jamaah.menurut sayid murtadha alhusaini az zabidi pengarang kitab ihtihaf sadatul mutaqin syarahnya ihya ulumudin” Al asy ari mengarang sekitar 200 kitab.Di dalam kitab itu pula pada jilid II'hal 6 imam zabidi mengatakan :


إذَا أطلق أهلُ السنة والجَماعة فالمراد بِهِم الأَشَاعِرَةُ وَالْمَاتُرِيْدِيَّةُ

Apabila di sebut kaum ahlu sunnah wal jamaah,maka maksudnya adalah orang orang yang mengikuti rumusan faham Asy ari dan faham abu mansyur almaturidi”.



Ra. KH. Bukhori Bin Ra. KH. Hasan Ali -Cisayong-Tasikmalaya-Jawa Barat- Indonesia

Ra. Kamilah binti Ra. KH. Bukhori Bin Ra. KH. Hasan Ali -Cisayong-Tasikmalaya-Jawa Barat- Indonesia

Read more »»  

Rabu, 21 Maret 2012

BIOGARAFI ABU MANSYUR ALMATURUDII

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

            Nama lengkap beliau Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al samarqandi Al Maturidi Al Hanafi.Beliau lahir di Maturrid sebuah kota kecil di Samarkand. Nama Almaturridi nisbatkan dari tempat kelahirannya Maturrid. Wafat tahun 333H,9 tahun setelah Wafatnya AL Imam Asy’ari. Tidak ada data yang menerangkan bahwa kedua imam ini pernah bertemu walaupun hidup dalam satu zaman,Imam Asy’ari di bashrah- Irak,Imam maturridi di Maturrid-samarkand –Rusia.Imam Maturridi lebih dekat kepada imam Hanafi dan Asy’ari kepada Imam syafi,i,maka dalam masalah fiqih kedua imam tersebut terdapat perbedaan dalam beberapa segi walaupun tidak mendasar.


       Kedua Imam ini terdapat banyak persamaan yang mendasar dalam masalah Aqidah,dan tersebut dalam kitab “Ihtihaf sadatul Muttaqin” karya "Sayid murtadha alhusaini az zabidi" yaitu kitab syarah dari “Ihya ulumudin” karya Imam Ghozali, pada zilid II hal 6 yaitu :

إذَا أطلق أهلُ السنة والجَماعة فالمراد بِهِم الأَشَاعِرَةُ وَالْمَاتُرِيْدِيَّةُ

Apabila di sebut kaum Ahlu sunnah Wal’jama’ah,maka maksudnya adalah orang-orang yang mengikuti Rumusan faham Al Asy’ari dan Al Maturidi.

Pokok-pokok pemikiran Imam Al Maturridi :

1.Masalah Iman : 

Iman adalah ikrar dengan lisan dan tashdiq di dalam hati,serta ikrar itu adalah bagian dari iman.

2.qodlo dan qodhar dalam hubungannya dengan perbuatan manusia:
Kemauan manusia itu sebenarnya adalah kemauan Allah,akan tetapi perbuatan manusia itu tidak selamanya sesuai dengan kehendak Tuhan,sebab dia selalu menghendaki yang baik,bukan yang tidak baik.dan ini adalah prosedur akal saja sebab baik buruk adalah semua dari Qudrat dan iradatnya Allah Ta’ala

3.tentang sifat tuhan :
Sifat tuhan adalah sifatnya tidak perlu di permasalahkan lagi.

Pokok –pokok pikiran Imam Al Asy’ari :

1.Masalah Iman :
Tashdiq di dalam hati di ikuti dengan perkataan dan di buktikan dengan perbuatan.

2.qodlo dan qodhar dalam hubungannya dengan perbuatan manusia:
Di rumuskan dalam bentuk pertanyaan :
Apakah perbuatan manusia di ujudkan oleh Tuhan atau oleh Manusia itu sendiri :
Yaitu qodlo sifatnya qodim yaitu kehendak yang Azali,sedangkan Qodhar sifatnya adalah hudus/baru yaitu ,wujud pekerjaan manusia itu,Dengan kata lain terwujudnya perbuatan manusia adalah atas Qudrat dan Iradatnya Allah Ta,ala.

3.Sifat dan dzat Allah Ta’ala
Imam Asy’ari menetapkan adanya sifat Allah Ta’ala sebagaimana yang tercantum dalam Alqur’an dan Sifat Allah bukan dzat Allah.Dzat Allah adalah tidak butuh kepada Dzat lain dan tidak butuh kepada yang menjadikan,sifat Allah adalah sifat yang qodim.



ABAH KH. DIMYATI BIN SAMIN KUBANGBULET-HINDIHIANG-TASIKMALAYA
JAWA BARAT-INDONESIA

Read more »»  

Selasa, 20 Maret 2012

Abah KH. Obay Karawang Jawa Barat

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Read more »»  

Senin, 19 Maret 2012

Acara Santunan Yatim di PP. Riyadhul Habaib

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Read more »»  

Manaqib Sulthanul Awliya Syech Abdul Qodir Jaelani

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Read more »»  

Kata Mutiara Imam Syafi'i ra. berkenaan dengan menuntut ilmu

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Makam Imam Syafi'i ra.

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Makam Imam Syafi'i ra.-Caero-Mesir

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Imam Syafi'i ra.-3

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kegigihan Imam Syafi'i ra. dlm bljar

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Imam Syafi'i ra.-2

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Kisah Imam Syafi'i ra. 1

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Minggu, 18 Maret 2012

Pembina Majelis Bersama Ust, Koko Liem

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

 
Posted by Picasa
Read more »»  

Selasa, 13 Maret 2012

Acara Maulid Nabi SAW th.2009

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Read more »»  

Pembina Majelis

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Jumat, 09 Maret 2012

Ta'lim Bulanan Jama'ah MT. Miftahul Khoir

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Selasa, 06 Maret 2012

Jama'ah MT. Miftahul Khoir baca Maulid Mlpas keTasikmalya

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Senin, 05 Maret 2012

Ta'lim Rutin Jama'ah MT. Mifftahul Khoir & Riyadhul Ajiiriin ditmpt Sdr.Anto

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

 

Read more »»  

Peringatan Isra Mi'raj Nabi SAW di MT. Miftahul Khoir 2010

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Minggu, 04 Maret 2012

Ta'lim Bulanan MT. Miftahul Khoir & Riyadhul Ajiiriin ditmpt. Sdr.Anto

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم







Read more »»  

Sabtu, 03 Maret 2012

santunan Anak Yatim & fakir MT. "MIFTAHUL KHOIR" di Pontren Riyadhul Habaib

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم








Read more »»  

Jumat, 02 Maret 2012

Kegiatan Ziarah MT. Miftahul Khoir

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Add caption
Add caption


Read more »»  
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Ta'lim Rutin Jama'ah di Tapos-Bogor
Majlis Ta'lim "MIFTAHUL KHOIR"

                                                    

Read more »»  

Ziarah Jama'ah MT. Miftahul Khoir ke Tasikmaya

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Read more »»  

Translate