-->


"Kami tidak lebih hanyalah para penuntut ilmu yang fakir dan hina. Berjalan Keluar masuk melewati jalan-jalan di belantara mazhab. Di sini berhati-hatilah, siapa saja bisa tersesat dan berputar-putar dalam kesia-siaan. Banyak papan nama, baik yang baru dipasang atau yang sudah lama ada. Memilih jalan ini begitu mudah dan bahkan membanggakan bagi siapa saja yang tidak teliti. Akhirnya yang kami pilih adalah jalan dengan 'papan nama' yang sudah ada sejak lama. Inilah jalan kami, jalan Ahlus Sunnah Waljama'ah, jalan konservative, jalannya para pendahulu yang telah merintis dan menempuh jalan estafet dari Rosulullah SAW. Adapun jalan dengan papan nama yang baru dipasang kami ucapkan selamat tinggal. Biarkan kami memilih jalan ini, jalan tradisi Islam turun temurun yang sambung menyambung sanad: murid dari guru, dari guru, dari guru.... dari Salafunas Sholih, dari tabi'ut tabi'in, dari tabi'in, dari sahabat, sumbernya langsung sampai ke Baginda Rosulullah SAW.
Inilah jalan kami.... Ahlussunnah Waljama'ah.


Cari Blog Ini

Kamis, 31 Januari 2013

Dua Pendidik Sejati

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Penulis : Habib Abdul Qadir bin Umar Mauladdawilah
Pustaka : Basma
Sebuah biografi dua ulama besar kebanggaan Ahlisunah wal jamaah

Ini adalah sebuah buku yang cukup baik dibaca oleh para muhibbun dan ahli tariqa. Beliah adalah dua Quthb Alawiyyin yang cukup mashur di kota malang. Semoga Allah selalu meridhai beliau dan kita semua.
Habib Abdullah bin ‘Abdul Qadir bin Ahmad BalFaqih al-’Alawi adalah ulama yang masyhur alim dalam ilmu hadits. Beliau menggantikan ayahandanya Habib ‘Abdul Qadir bin Ahmad BalFaqih sebagai penerus mengasuh dan memimpin pesantren yang diasaskan ayahandanya tersebut pada 12 Rabiulawal 1364 / 12 Februari 1945 di Kota Malang, Jawa Timur.
Pesantren yang terkenal dengan nama Pondok Pesantren Darul Hadits al-Faqihiyyah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Pesantren ini telah melahirkan ramai ulama yang kemudiannya bertebaran di segenap pelusuk Nusantara. Sebahagiannya telah menurut jejak langkah guru mereka dengan membuka pesantren-pesantren demi menyiarkan dakwah dan ilmu, antaranya ialah Habib Ahmad al-Habsyi (PP ar-Riyadh, Palembang), Habib Muhammad Ba’Abud (PP Darun Nasyi-in, Lawang), Kiyai Haji ‘Alawi Muhammad (PP at-Taroqy, Sampang, Madura) dan ramai lagi.
Bapak dan anak sama-sama ulama besar, sama-sama ahli hadits, sama-sama pendidik ulung dan bijak. Merekalah Habib Abdul Qadir dan Habib Abdullah. Masyarakat Malang dan sekitarnya mengenal dua tokoh ulama yang sama-sama kharismatik, sama-sama ahli hadits, sama-sama pendidik yang bijaksana.
Mereka adalah bapak dan anak: Habib Abdul Qadir Bilfagih dan Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfagih. Begitu besar keinginan sang ayah untuk “mencetak” anaknya menjadi ulama besar dan ahli hadis – mewarisi ilmunya. Buku ini berusaha untuk menguak sedikit atsar dan biografi dari kedua tokoh tersebut
Sumber: tamanhabaib
Read more »»  

Engkau Akan bersama dengan orang yang kau cintai

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Tidak beriman seseorang sehingga aku lebih ia cintai ketimbang dirinya sendiri …………….
[HR Bukhari dan Muslim]

Suatu ketika, Nabi Isa a.s berdakwah di sebuah kota kecil. ORang orang meminta beliau menunjukkan mukjizatnya.

“Mukjizat apa yang kalian inginkan?” tanya Nabi Isa.
Mereka menjawab, “Hidupkanlah orang yang sudah mati”

Mereka pun pergi ke makam kota dan berhenti di sebuah kuburan. Sang Nabi pun berdoa kepada Tuhan agar orang yang sudah mati itu dihidupkan kembali. Orang mati tersebut bangkit dari kuburnya, melihat lihat sekelilingnya dan berteriak: “Keledaiku, mana keledaiku?”

Semua yang hadir heran. Nabi Isa menjelaskan, dia dahuluny aorang miskin. Kekayaan yang sangat ia hargai adalah keledainya. Semasa hidupnya dia disibukkan dengan keledai itu. Beliau berpesan, “Apapun yang paling kau perhatikan akan menentukan apa yang akan terjadi padamu saat kebangkitan. Di akhirat, kalian akan bersama dengan apa yang kalian cintai”

Nah, kira kira apa yang bakal kita teriakkan kelak kala kita dibangkitkan? Kita bisa menebaknya sekarang. Mungkin uang, mobil atau rumah baru. Boleh jadi penyanyi idola kita. Mungkin juga partai atau kursi kekuasaan. Ya, apapun yang mendominasi hari hari kita, itulah yang bakal kita damba kelak, baik kita sadari atau tidak.
Dalam wacana psikologi mutakhir, begitulah hukum tarik menarik [law of attraction] terjadi. Segala sesuatu yang kita pikirkan dengan segenap perhatian, energi dan konsentrasi, biak hal positif maupun negatif, akan datang dalam kehidupan kita.

Dan menurut hukum ini pula, sesuatu akan menarik pada dirinya segala hal yang satu sifat dengannya. Kemiripan menarik kemiripan. Orang baik akan berkumpul dengan orang baik. Orang jahat akan bersatu sesama orang jahat.

JIwa anda akan bersama jiwa orang yang anda cintai. Rasulullah menganjurkan kita untuk mencintai beliau dan ahli baitnya. Karena bila kita mencintainya dengan tulus maka prilaku kita akan sesuai dengan prilaku Rasulullah dan keluarganya. Kita akan bertingkah laku seperti apa yang dikehendaki Rasulullah. Seluruh kejadian yang menimpa Rasulullah dan keluarganya akan mempengaruhi emosi dan perasaan kita.

Namun, coba jernihkan pikiran kita sejenak. Biarkan hati kita tetirah sesaat dari hiruk pikuk kesibukan kita. Maka, jauh dari relung kesadaran kita terbersit secercah harapan: kelak kita ingin digabungkan dengan khafilah Rasulullah. Meminjam bahasa firman Tuhan, kita ingin ……..”bersama sama dengan orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah: para nabi, shiddiqin, syuhada dan oran gshaleh. Dan merekalah sebaik baik teman … [QS An Nisa: 4:69]

Seorang laki laki Arab dusun datang menemui Nabi dan bertanya: “Kapan kiamat itu?”
Mendapat pertanyaan itu, Nabi balik bertanya: “Apa yang telah engkau persiapkan untuk itu?”
Dia menjawab: “Demi Allah, saya tidak mempersiapkan amal yang banyak biak berupa shalat atau puasa. Hanya saja saya mencintai Allah dan Rasulnya”

Nabi bersabda: ‘Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai’

Kata Anas bin malik: “Aku belum pernah melihat kaum muslim berbahagia setelah masuk Islam karena sesuatu seperti bahagianya mereka ketika mendengar sabda Nabi itu” [HR Bukhari]

Sebagaimana orang arab dusun itu, sungguh kita tka mempersiapkan bekal buat hari kiamat nanti. Kecuali kecintaan kepada Allah dan RasulNya. Kita ingin Allah menghimpun kita bersama orang orang yang kita cintai.
Tetapi, apakah bukti bahwa kita mencintai Rasulullah?

Mencintai dengan Meneladani

Alkisah di negeri Arab ada seorang janda miskin yang mempunyai anak. Karena anaknya menangis kelaparan, janda itu terpaksa harus keluar rumah untuk mencari uang.

Di depan sebuah masjid, dia bertemu seorang muslim dan meminta bantuannya, “Anakku yatim dan kelaparan, aku minta pertolonganmu” kata janda itu menghiba.
“Mana buktinya?” tanya lelaki muslim itu.
Janda itu tidak dapat membuktikan karena dia sendiri orang asing di tempat itu. Akhirnya lelaki itu tidak menolongnya.

Setelah itu, janda miskin itu bertemu dnegna orang Majusi. Dia pun meminta bantuannya. Orang Majusi itu mengajak ke rumahnya, memuliakannya dan memberinya uang dan pakaian.

Pada malam harinya, lelaki muslim yang menolak menolong itu bermimpi berjumpa dengan Rasulullah. Semua orang mendatangi Nabi dan beliau menyambut mereka dnegan baik. Ketika tiba giliran lelaki itu menghadap Rasulullah, beliau mengusirnya dan menyuruhnya pergi. Lelaki itu berteriak, “Ya Rasulullah, aku ini umatmu yang mencintaimu juga”
Rasulullah bertanya, “Mana buktinya?”

Lelaki itu tersadar, Rasulullah menyindirnya karena dia telah meminta bukti saat dimintai pertolongan. Dia menangis, Rasulullah lalu menunjukkan sebuah taman indah dan hunian indah di surga.
“Lihat ini,” tutur Rasulullah. “Seharusnya semua ini kuberikan kepada mu. Tetapi karena kau tidak menolong janda dan anak yatim itu, kuberikan semua ini pada seorang Majusi”

Pagi harinya lelaki itu terbangun. DIa mencari janda miskin itu. Ternyata dia menemukannya sedang berada di rumah seoragn Majusi. “Ikutlah kau bersamaku,” pinta lelaki itu pada si janda. Tetapi orang Majusi tidak mau menyerahkannya. AKu akan beri kau ribuan dinar asal kau mau menyerahkannya,” pinta si lelaki muslim. Orang Majusi itu tetap dtidak mau. Lelaki itu akhirnya jengkel dan berkata. “Janda ini orang Islam. Seharusnya yang menolongnya sesame muslim juga!”

Orang Majusi itu lalu bercerita, “Tadi malam aku bermimpi bertemu Rasulullah. Dia mengatakan akan memberikan kepadaku surga yang semula akan diberikan kepadamu. KEtahuilah, pagi ini ketika aku terbangun, aku langsung masuk Islam dan menjadi pengikutnya karean aku telah menunjukkan bukti bahwa aku adalah salah seorang pencintanya”

Begitulah. Cinta laksana air mengalir yang memindahkan seluruh sifat dan karakter kekasih kepada yang mencintainya. Bukti nyata kita mencintai Rasulullah adalah meneladani akhlaknya dan setia mengikuti sunnahnya.

Rasulullah bersabda, “Orang yang paling aku cintai dan paling dekat kepadaku di antara kalian di akhirat kelak adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang yang paling kubenci dan paling jauh dariku di akhirat adalah orang yang paling buruk akhlaknya, yaitu orang yang banyak bicara, suka ngobrol dan suka melecehkan orang lain” (HR Ahmad)

Dalam riwayat Anas bin Mlaik, Nabi bersabda: “Anakku! JIka kamu mampu pada pagi dan sore hari, dan dihatimu tidak ada kedengkian pada seseorang maka lakukanlah itu”
Lalu Nabi bersabda lagi, “Anakku! Yang dmeikian itu adalah diantara sunnahku. Siapa saja yang menghidupkan sunnahku maka dia sungguh telah mencintaiku. Siapa saja yang mencintaiku maka dia kana bersamaku di surga kelak” (HR Tirmidzi)

“Katakan, (wahai Muhammad), ‘JIka kalian (benar benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa dosa kalia’. Allah Maha Pengampun dna Maha Penyayang” (QS Al Imran, 3:31)

Al Quran menuturkan, “Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kalanganmu sendiri. Berat baginya apa yang kamu derita, sangat ingin agar kamu mendapatkan kebahagiaan. DIa sangat pengasih dan penyayang (raufur rahim) kepada orang orang yang beriman” (QS At Taubah 9:128).

Bagaimana kita dapat ikut merasakan penderitaan orangorang di sekitar kita? Bagaimana kita menjadi ornag yang berusaha agar orang lain hidup bahagia dan memperoleh petunjuk Allah? Bagaimana kita menumbuhkan sikap raufur rahim didalam diri kita seperti Rasulullah mencontohkan kepada kita?

Bohonglah orang yang mengaku mencintai Allah tetapi dia tidak mencintai RasulNya, bohonglah ornag yang mengaku mencintai RasulNya tetpai dia tidak mencintai kaum fakir dan miskin. Dna bohonglah orang yang mengaku mencintai surga tetapi dia tidak mau menaati Allah SWT. Demikian ditegaskan Imam Al Ghazali dalam Ihya’ Ulum al Din.

Jiwa kita akan bersama dengan orang yang kita cintai. Rasulullah menganjurkan kita untuk mencintai beliau dan ahli baitnya. Karena bila kita mencintainya dengan tulus maka prilaku kita akan sesuai dengan prilaku Rasulullah dan keluarganya. Kita akan bertingkah laku seperti apa yang dikehendaki Rasulullah. Seluruh kejadian yang menimpa Rasulullah dan keluarganya akan mempengaruhi emosi dan perasaan kita.
Kita tidak dapat mengandalkan amal kita yang terbatas. Kita sangat tergantung dan mendambakan rahmat Allah. Siapa lagi yang menjadi rahmat bagi semua alam selain Rasulullah?~~

http://nabimuhammad.info
Read more »»  

Bermimpi Rasulullah dengan Sholawat Al Fatih

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Bermimpi melihat Rasulullah adalah Haq, didalam hadits dijelaskan:


من رآني في المنام فقد رآني فإن الشيطان لا يتخيل بي


“Siapa yang melihatku dalam mimpi, dia benar-benar melihatku. Karena setan tidak mampu meniru rupa diriku.” (HR. Bukahri dan Muslim)

Dalam satu riwayat tercantum dengan lafadz


مَنْ رَآنِي فَقَدْ رَآى الحَقَّ


Barangsiapa melihatku dalam mimpi maka dia benar benar telah melihatku.

Menurut Imam Nawawi berkata:"Melihat RAsulullah adalah salah satu kegembiraan yang luhur dan berita gembira yang agung. Allah mengkhususkan hal itu bagi orang-orang yang dicintaiNya. Melihat Rasulullah adalah hak yang umum bagi setiap orang mukmin dan muslim, baik saleh ataupun tidak saleh, namun bentuknya berneda-beda sesuai dengan perbedaan sumber yang keluar dari ahri mereka, kebersihan, dan kesiapan mental mereka."

Salah satu risalah berjumpa rasulullah dalam mimpi yaitu dengan membaca sholawat Fatih yang terdapat didalam kitab Maghnatisul Qabul Fil Wushul Ila Ru'yati Sayyidina Rasul karya Syaikh Hasan Muhammad Syiad Ba'Umar.

Berikut adalah sholawat Al Fatih yang dinisbahkan oleh Sayyid Muhammad Al Bakry



Allâhumma shalli `alâ Sayyidinâ Muhammadini ‘l-fâtihi limâ ughliq, wa ‘l-khâtimi limâ sabaq, nâshiri ‘l-haqqi bi ‘l-haqq, wa ‘l-hâdî ilâ shirâthika ‘l-mustaqîm, wa `alâ âlihi haqqa qadrihî wa miqdârihi ‘l-`azhîm.

“Ya Allah berikanlah shalawat kepada penghulu kami Nabi Muhammad yang membuka apa yang tertutup dan yang menutupi apa-apa yang terdahulu, penolong kebenaran dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya, sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung.”

Diriwayatkan: Barangsiapa membacanya sebanyak 1000 kali pada malam kamis atau malam jumat atau malam senin maka orang itu akan berkumpul bersama nabi.
Pembacaan sholawat tersebut dilaksanakan selepas sholat sunnah empat rekaat, pada rekaat pertama setelah surat alfatihah membaca surat al Qodr tiga kali
Pada rekaat kedua surat Al Zalzalah tiga kali
Pada rekaat ketiga surat Al Kafirun tiga kali dan
Pada rekaat keempat membaca surat Al Mu’awwizatain (Al Falaq dan An Nas) tiga kali
Pada saat membacanya bakarkanlah dupa atau kayu gaharu

hal yang penting dalam melakukan riyadah ini seperti yang dicontohkan oleh ulama-ulama terdahulu adalah dengan menumbuhkan kecintaan yang dalam terhadap rasulullah. dengan kecintaan ini akan membuat hubungan spiritual yang dekat dan tersambung dengan setiap lafadz sholawat atau mawlid yang kita baca dalam memuji dan mengagungkan rasulullah.

semoga risalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mengamalkannya.
Read more »»  

Mencintai Dengan Bershalawat

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Bila bicara, kata katanya bagaikan mutiara. Bila diam, dia menyimpan kesejukan. Bila berjalan, matanya sangat terjaga. BIla berprilaku, dia laksana Al Quran berjalan. Dia bagaikan Malaikat, memberikan cahaya. Cahaya iman. Jejaknya jadi teladan bagi setiap orang. BIla satu kali namanya di sebutkan, beribu doa dan rahmat terlimpah atasnya. Atas wujudnyalah, lahir cinta sejati. Cinta suci yang tak pernah ternodai.

Seorang pemuda mendapatkan surat dari kekasihnya. Sebelum surat itu dibuka, perangkonya di lepas dan dijilatinya. Lalu dia membalas surat itu dan bercerita kalau perangkonya dia jilati. Karena si pemuda yakin bahwa sewaktu menempel perangko itu pasti memakai ludah kekasihnya. Jadi hitung hitung menelan ludah kekasihnya walaupun sudah kering.

Tak lama berslelang datanglah balasan dari si kekasih. Ia menyatakan terimakasih atas kemurnian cintanya. Tetapi maaf, katanya, yang menempelkan perangko dahulu bukan dia sendiri tetapi tukang becak yang dia titipi untuk mengeposnya. Keruan saja si pemuda nyengir kecut. Itulah orang yang sedang dimabuk cinta.
DI tanah Arab, Majnun yang mencintai Layla, disebut gila. Karena dia datang ke rumah Layla dan menciumi dinding rumah itu sepuas puasnya.

Terhadap cemoohan itu, Majnun menjawabnya dengan puisi:
Aku melewati rumah, rumah Layla
Kucium dinding ini, dinding ini
Tidaklah cinta rumah yang memenuhi hati
Tetapi cinta kepada dia yang tinggal di rumah ini

Sekali lagi, begitulah cinta. Menurut psikolog muslim klasik, Ibnu Qayyim, cinta ditandai dengan perhatian yang aktif pada orang yang kita cintai dan ada kenikmatan menyebut namanya. Ketika menyebut atau mendengar orang menyebut, nama kekasih kita, hati kita bergetar. Tiada yang lebih menyenangkan hati daripada mengingatnya dan menghadirkan kebaikan kebaikannya. JIka ini menguat dalam hati, lisan akan memuji dan menyanjungnya. Seperti itulah orang orang yang mencintai Rasulullah.

Segera setelah Nabi wafat, Bilal tidak mau mengumandangkan azan. Akhirnya, setelah didesak oelh para sahabat, Bilal mau juga. Tetapi masya Allah, ketika sampai pada kata ‘Wa asyhadu anna Muhammad….’ Dia berhenti. Suaranya tersekat di tenggorokan. Dia menangis keras. Nama Muhammad, kekasih yang baru saja kembali ke Rabbul izzati, menggetarkan jantung Bilal. BIlal bukan tidak mau menyebut nama Rasulullah. Baginya, nama Muhammad adalah nama insan yang paling indah. Justru karena cintanya kepada Rasulullah, nama beliau sering diingat, disebut dan dilantunkan.

Berbahagialah orang yang merasa nikmat saat bershalawat. Karena menurut Rasuullah, orang yang paling dekat dengan beliau di hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat (HR Tirmidzi).

Cukuplah kita simak nasihat Ibnu Athailah ini: Betapa indahnya hidup ini jika engkau isi dengan taat kepada Allah. Yaitu dengan cara berzikir kepada Allah dan sibuk bershalawat atas Rasulullah pada setiap waktu disertai oleh kalbu yang ikhlas, jiwa yang bening, niat yang baik dan perasaan cinta kepada Rasulullah. “Sesungguhnya Allah beserta para malaikatNya bershalawat atas Nabi. Wahai orang yang beriman, ucapkanlah shalawat dan salam atasnya” (QS Al Azhab 33:56).

Ingin Mimpi bertemu Nabi

Siang itu, dengan wajah muram seorang murid bersimpuh di hadapan syaikhnya. Syaikh, dengan suara berwibawa bertanya, “Apa gerangan yang merisaukanmu?”
“Wahai syaikh, sudah lama saya ingin melihat wajah Rasulullah walau hanya lewat mimpi. Tetapi sampai sekarang keinginan itu belum terkabul juga” jelas is murid.

“Oo..rupanya itu yang engkau inginkan. Tunggu sebentar…” Setelah diam beberapa saat, berkatalah Syaikh:
“Nanti malam, datanglah engkau kemari. Aku mengundangmu makan malam”
Sang murid mengangguk kemudian pulang ke rumahnya. Setelah tiba saatnya, pergilah dia ke rumah Syaikh untuk memenuhi undangannya. Dia merasa heran melihat Syaikh hanya menghidangkan ikan asin.
“Makan, makanlah semua ikan itu. Jangan sisakan sedikitpun!” kata Syaikh kepada muridnya.
Karena tergolong murid taat, dia habiskan seluruh ikan asin yang disuguhkan. Selesai makan, dia merasa kehausan. Dia segera meraih segelas air dingin di hadapannya.

“Letakkan kembali gelas itu!” perintah Syaikh. “Kau tidak boleh minum air itu hingga esok pagi, dan malam ini kau tidur di rumahku!”
Dengan penuh rasa heran, diturutinya perintah Syaikh. Malam itu dia tak bisa tidur. Lehernya serasa tercekik karena kehausan. Dia membolak balikkan badannya hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. Apa yang terjadi? Malam itu dia bermimpi minum air sejuk dari sungai, mata air dan sumur. Mimpi itu sangat nyata. Seakan akan benar terjadi padanya.

Begitu bangun paginya, dia langsung menghadap Syaikh.
“Wahai guru, bukannya menlihat Rasulullah, saya malah bermimpi minum air”
Tersenyumlah Syaikh mendengar jawaban muridnya. Dengan bijaksana dia berkata, “Begitulah, makan ikan asin membuatmu amat kehausan sehingga kau hanya memimpikan air sepanjang malam. JIka kau merasakan kehausan semacam itu akan Rasulullah, maka kau akan melihat ketampanannya”

Terisaklah si murid. Dia sadar betapa cintanya kepada Rasulullah hanyalah sebatas kata. Kerinduan sebatas pengakuan.
Kondisi si murid adalah kondisi hati kebanyakan kita semua. Cinta pada dunia menutupi cinta kita pada Nabi. Jujur saja, hati ini tak merasa nikmat saat bershawlawat. Apalagi bergetar. Biasa biasa saja.

Tetapi kita tak perlu berkecil hati. Yang kita ulas diatas adalah shalawat pecinta, sementara kita adalah shalawat pemula. Bagi pemula, Syaikh Muzaffer Ozak (penutur cerita mimpi diatas) berpesan, “Bila kau terus mengulang ulang shalawat dengan ikhlas, hampir pasti akan menjumpai Rasulullah dan siapapu yang melihatnya hampir pasti akan mendapat syafaatnya”

Jadi,melantunkan shalawat bagi pemula laksana menanam benih. Mula mula dalam ucapan, lalu dalam pikiran. Bukankah segala tindakan selalu bermula dari pikiran? Apa yang sedang anda pikirkan saat ini menciptakan kehidupan masa depan anda. Anda menciptakan hidup anda dengan pikirna pikiran anda. Apa yang paling anda pikirkan dan fokuskan adalah apa yang akan muncul dalam hati anda. Apapun yang anda tanam, itulah anda tuai.

“Kau adalah pikiranmu saudaraku! Sisanya adalah tulang dan otot. Jika engkau memikirkan bunga mawar, engkau adalah taman mawar. Jika engkau memikirkan duri, engkau adalah kayu bakar” demikian senandung Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi (2:277-8)

Dengan memperbanyak shalawat, kita ingin pikiran kita jadi ‘taman cinta Rasulullah’. Kita ingin tindakan kita memancarkan keharuman akhlak Sang Teladan Segala Zaman.
Para psikolog pun belakangan membuktikan bahwa karakter manusia dapat diubah secara menyeluruh dengan pengulangan kata kata tertentu. Dna hasil yang dicapai melalui kata kata itu ternyata mengagumkan. RMP (repetitive magic power) istilah mereka. “Segala sesuatu yang anda pancarkan lewat pikiran, perasaan, citra mental dan tutur kata anda, akan didatangkan kembali ke dalam kehidupan anda,” tegas Ponder, salah seorang pakar law of attraction.

Maka beruntunglah kita hidup di tanah air ini yagn didalamnya shalawat selalu menyertai tahap tahap kehidupan kita. Saat dilahirkan, bahkan sejak dalam kandungan 7 bulan, dikhitan, dinikahkan, lulus ujian dan ketika meninggal dunia, semua tahapan itu diisi dengan bacaaan shalawat Nabi. Itulah cara orang tua kita dahulu menghidupkan kecintaan kepada Rasulullah dihati kita. Tiada hari tanpa siraman shalawat, agar pohon kerinduan kepada Rasulullah terus tumbuh subur dan menakjudkan orang yang menanamnya. ~~

http://nabimuhammad.info
Read more »»  

SYARAH RIWAYAT DAN ARTI WIRD ALLATHIF

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Syarah Riwayat Wirdul Latief



قال : قل هو الله أحد والمعوذتين حين تمسي وحين تصبح ثلاث مرات تكفيك من كل شئ " قال الترمذي : حديث حسن صحيح.
Sabda Rasulullah saw : “Barangsiapa yg membaca Al Ikhlas dan Alfalaq dan Annaas masing masing 3X ketika sore dan pagi maka ia akan terjaga dari segala sesuatu” (Berkata Attirmidziy hadits hasan Shahih).


وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ (97)
{ وَقُلْ رَّبِّ أَعُوذُ } أعتصم { بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشياطين } نزغاتهم بما يوسوسون به . وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ (98)
{ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحْضُرُونِ } في أموري ، لأنهم إنما يحضرون بسوء .الجلالين

Firman Allah : “DAN KATAKANLAH WAHAI TUHAN AKU BERLINDUNG PADA MU DARI BISIKAN DAN GODAAN SYAITAN, DAN AKU BERLINDUNG DARI KEHADIRAN MEREKA” (QS Almukminun 97,98)

-وروينا في كتاب ابن السني ، عن محمد بن إبراهيم ، عن أبيه رضي الله عنه قال : وجهنا رسول الله صلى الله عليه وسلم في سرية ، فأمرنا أن نقرأ إذا أمسينا وأصبحنا : (أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ، فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ، وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ) [ المؤمنون : 115 ] فقرأنا ، فغنمنا وسلمنا.

Rasul saw menasihati kami dalam suatu peperangan, maka kami diperintahkan membaca diwaktu sore dan pagi : AFAHASIBTUM ANNAMA…, maka kami membacanya, dan kami pulang dengan kemenangan dan ghanimah (HR Ibn Sunniy)

وروينا في " سنن أبي داود " عن ابن عباس رضي الله عنهما عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال : " من قال حين يصبح (فسبحان الله حين تمسون وحين تصبحون وله الحمد في السموات والأرض وعشيا وحين تظهرون. يخرج الحي من الميت ويخرج الميت من الحي ويحيي الأرض بعد موتها وكذلك تخرجون) [ الروم : 17 ، 18 ] أدرك ما فاته في يومه ذلك ، ومن قالهن حين يمسي أدرك ما فاته في ليلته " لم يضعفه أبو داود ، وقد

berkata Ibn Abbas ra dari Rasulullah saw : “Barangsiapa yg berkata dipagi hari : “FASUBHANALLAHI HIINA TUMSIY… (QS Arrum 17-18), maka Allah akan mengembalikan apa apa yg hilang darinya dihari itu, dan barangsiapa yg membacanya disore hari maka Allah akan mengembalikan apa apa yg hilang darinya di malam hari (hilang darinya bisa berupa pahala yg tercabut, rizki yg tertahan dll) (HR Abu Dawud)

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : " من قال حين يصبح ثلاث مرات : أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم ، وقرأ ثلاث آيات من سورة الحشر ، وكل الله تعالى به سبعين ألف ملك يصلون عليه حتى يمسي ، وإن مات في ذلك اليوم مات شهيدا ، ومن قالها حين يمسي كان بتلك المنزلة " (حسن غريب).
Dari Nabi saw yg bersabda : “Barangsiapa yg berkata dipagi hari 3X : Audzubillahissami’il’aliim minassyaythaanirrajiim, dan diteruskan dengan 3 ayat terakhir surat Alhasyr, )Law Anzalna… dst) maka Allah wakilkan baginya 70.000 malaikat yg bershalawat untuknya hingga sore, jika ia wafat dihari itu maka ia wafat sebagai syahid, barangsiapa yg membacanya di sore hari maka mendapat manzilah itu pula (hadits hasan gharib)

فمن قرأ حين خاف مضرّتهما : {سلام على نوح في العالمين إنا كذلك نجزي المحسنين إنه من عبادنا المؤمنين} ما ضرّتاه
barangsiapa yg berkata: salamun ala nuhin fil alamiin…dst, maka ia tak akan disengat kalajengking dan Ular” (Alkassyaaf wal bayaan lil Imam Attsa’labiy)

وروينا في " صحيح مسلم " عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله ما لقيت من عقرب لدغتني البارحة ؟ قال : " أما لو قلت حين أمسيت : أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق لم تضرك ".
ذكره مسلم متصلا بحديث لخولة بنت حكيم رضي الله عنها وهكذا
ورويناه في كتاب ابن السني ، وقال فيه : " أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق ثلاثا لم يضره شئ ".

Dari Abu Hurairah ra : “datang seorang lelaki kepada nabi saw dan berkata : wahai Rasulullah, aku semalam disengat kalajengking.., maka Rasul saw bersabda : Jika kau berdoa di sore hari (atau pagi) : Audzu bikalimatillahittammaati min syarri maa khalaq, maka tak akan menyakitimu” (HR Muslim), pada riwayat Ibn Sunniy dijelaskan 3X

وروينا في " سنن أبي داود " و " الترمذي " عن عثمان بن عفان رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " ما من عبد يقول في صباح كل يوم ومساء كل ليلة : بسم الله الذي لا يضر مع اسمه شئ في الأرض ولا في السماء وهو السميع العليم ، ثلاث مرات لم يضره شئ " قال الترمذي : هذا حديث حسن صحيح ، هذا لفظ الترمذي.
وفي رواية أبي داود : " لم تصبه فجأة بلاء ".

Diriwayatkan oleh Ibn Sunniy dan Attirmidziy, dari Utsman bin Affan ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : “Tiadalah seorang hamba berdoa dipagi setiap hari dan sore setiap petang : Bismillahilladzi….(dst) sebanyak 3X maka ia tak akan diganggu sesuatu” berkata Imam Tirmidziy hadits ini hasan shahih, dan ini lafadh riwayat Tirmidzy, dan pada lafadh riwayat Abu Dawud : Barangsiapa yg membacanya maka ia tak akan mendapat musibah yg datang tiba tiba/dikagetkan musibah.

من قال إذا أصبح اللهم إنى أصبحت منك فى نعمة وعافية وستر فأتم على نعمتك وعافيتك وسترك فى الدنيا والآخرة ثلاث مرات إذا أصبح وأمسى كان حقًّا على الله أن يتم عليه (ابن السنى عن ابن عباس)

Dari Ibn Abbas ra barangsiapa yg berdoa : Allahumma Inniy Ashbahtu….dst, 3X dipagi hari dan di sore hari, maka merupakan kepastian bahwa Allah swt akan menyempurnakan baginya hari itu (HR Ibnussunniy dari Ibn Abbas ra)

وروينا في " سنن أبي داود " بإسناد جيد لم يضعفه عن أنس رضي الله
عنه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : " من قال حين يصبح أو يمسي : اللهم إني أصبحت أشهدك وأشهد حملة عرشك وملائكتك وجميع خلقك أنك أنت الله الذي لا إله إلا أنت ، وأن محمدا عبدك ورسولك ، أعتق الله ربعه من النار ، فمن قالها مرتين أعتق الله نصفه من النار ، ومن قالها ثلاثا أعتق الله ثلاثة أرباعه ، فإن قالها أربعا أعتقه الله تعالى من النار ".

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad Jayyid (baik) dan ia tidak mendhoifkannya, dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yg berdoa ketika pagi atau sore : Allahumma Inniy Ashbahtu Usyhiduka…dst, maka Allah bebaskan seperempatnya dari neraka, jika ia membacanya 2X maka Allah bebaskan setengah tubuhnya dari neraka, jika ia membacanya 3X maka Allah bebaskan tiga perempat tubuhnya dari neraka, barangsiapa membacanya 4X maka Allah bebaskan ia dari neraka. (Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari)

عن محمد بن النضر قال : قال آدم : يا رب شغلتني بكسب يدي فعلمني شيئاً فيه مجامع الحمد والتسبيح . فأوحى الله إليه : يا آدم إذا أصبحت فقل ثلاثاً ، وإذا أمسيت فقل ثلاثاً . الحمد لله رب العالمين ، حمداً يوافي نعمه ، ويكافئ مزيده فذلك مجامع الحمد والتسبيح
Dari Muhammad bin Annadhr ra berkata : Berkata Adam as : “Wahai Tuhan, aku disibukkan pekerjaanku, maka ajarilah aku sesuatu yg menjadi perpaduan pujian dan tasbih”, maka Allah swt wahyukan padanya : “Wahai Adam, jika dipagi hari maka ucapkanlah 3X : Alhamdulillahi…dst. Maka Itu adalah kumpulan pujian dan Tasbih. (Addurrul Mantsur Lilhafidh Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy, dan adzkar shabah wal masa’ Linnawawiy).

رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ قَالَ إِذَا أَصْبَحَ وَإِذَا أَمْسَى رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ

Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yg berucap di pagi hari dan sore : Radhiina…, kecuali telah berhak Allah meridhoinya” (HR sunan Abu Dawud).

آمنت بالله العظيم وكفرت بالجبت والطاغوت واستمسكت بالعروة الوثقى لا انفصام لها والله سميع عليم إذا أصبحت ثلاث مرات وإذا أمسيت ثلاث مرات

Dijelaskan pada Attarghiib wattarhiib bahwa dzikir ini jika dibaca 3X dipagi hari dan sore maka akan menjaga dari gangguan Jin.

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
مَنْ قَالَ إِذَا أَصْبَحَ وَإِذَا أَمْسَى حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَبْعَ مَرَّاتٍ كَفَاهُ اللَّهُ مَا أَهَمَّهُ صَادِقًا كَانَ بِهَا أَوْ كَاذِبًا

Dari Abu Darda ra : barangsiapa dipagi hari atau sore membaca Hasbiyallah…dst 7X, maka Allah akan melindunginya dari apa apa yg dirisaukannya, apakah ia membacanya dengan kesungguhan atau tidak dengan kesungguhan(HR Abu Dawud)

عن أنس ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يدعو بهذه الدعوات إذا أصبح وإذا أمسى : « اللهم إني أسألك من فجأة الخير ، وأعوذ بك من فجأة الشر ، فإن العبد لا يدري ما يفجؤه إذا أصبح وإذا أمسى »

Dari Anas ra bahwa Rasulullah saw berdoa dengan doa doa ini jika pagi dan sore : Allahumma inniy as’aluka…dst, sungguh seorang hamba tak tahu apa yg akan menimpanya dipagi atau sore” (Musnad Abi Ya’la Almuushiliy)

وروينا في " صحيح البخاري " عن شداد بن أوس رضي الله عنه ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : " سيد الاستغفار : اللهم أنت ربي لا إله إلا أنت ، خلقتني وأنا عبدك وأنا على عهدك ووعدك ما استطعت ، أعوذ بك من شر ما صنعت ، أبوء لك بنعمتك علي ، وأبوء بذنبي فاغفر لي فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت ، إذا قال ذلك حين يمسي فمات من ليلته دخل الجنة ، أو كان من أهل الجنة ، وإذا قال ذلك حين يصبح فمات من يومه...مثله " معنى أبوء : أقر وأعترف

Diriwayatkan pada shahih Bukhari dari syaddad bin Aus ra dari nabi saw yg bersabda : “Pemimpin semua Istghfar adalah : Allahumma anta rabbiy…dst, jika dibaca saat sore lalu ia wafat di malam itu maka ia masuk sorga, jika dibaca dipagi hari lalu ia wafat hari itu maka ia masuk sorga”.

وروينا في كتاب ابن السني ، عن طلق بن حبيب قال : جاء رجل إلى أبي الدرداء فقال : يا أبا الدرداء قد احترق بيتك ، فقال : ما احترق ، لم يكن الله عز وجل ليفعل ذلك بكلمات سمعتهن من رسول الله صلى الله عليه وسلم ، من قالها أول نهاره لم تصبه مصيبة حتى يمسي ، ومن قالها آخر النهار لم تصبه مصيبة حتى يصبح : " اللهم أنت ربي لا إله إلا أنت عليك توكلت وأنت رب العرش العظيم ، ما شاء الله كان ، وما لم يشأ لم يكن ، لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم ، أعلم أن الله على كل شئ قدير ، وأن الله قد أحاط بكل شئ علما ، اللهم إني أعوذ بك من شر نفسي ، ومن شر كل دابة أنت آخذ بناصيتها ، إن ربي على صراط مستقيم ".
ورواه من طريق آخر ، عن رجل من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم ، لم يقل : عن أبي الدرداء ، وفيه : أنه تكرر مجئ الرجل إليه يقول : أدرك دارك فقد احترقت ، وهو يقول : ما احترقت لأني سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول : " من قال حين يصبح هذه الكلمات ، لم يصبه في نفسه ولا أهله ولا ماله شئ يكرهه " ، وقد قلتها اليوم ، ثم قال : انهضوا بنا ، فقام وقاموا معه ، فانتهوا إلى داره وقد احترق ما حولها ولم يصبها شئ ".

Diriwayatkan oleh Imam Ibn Sunniy, dari Thalq bin Hubaib yg berkata : telah datang seorang lelaki kepada Abu darda ra bahwa rumahmu telah terbakar, maka berkata Abu Darda ra : rumahku tidak akan terbakar!, tiada Allah swt akan menjatuhkan hal itu karena kalimat kalimat yg kudengarkan dari Rasul saw, barangsiapa yg membacanya dipagi hari maka ia tak akan terkena musibah hingga petang, barangsiapa mengucapkannya di akhir petang maka tak akan terkena musibah hingga pagi, yaitu Allahumma anta Rabbiy…dst.
Dan diriwayatkan pada jalur lainnya dari seorang lelaki dari sahabat Nabi saw bahwa orang itu datang lagi pada Abu Darda ra dengan mengabarkan hal kebakaran rumahnya, maka Abu Darda ra menjawab : Tidak terbakar, karena Aku dengar dari Rasul saw bahwa barangsiapa yg membaca dipaginya kalimat kalimat ini maka tak akan terkena ia, tidak pula keluarganya, tidak pula hartanya, hal hal yg tak disukainya”, maka kami bersama sama menjenguk rumahnya, sungguh telah terbakar sekitar rumahnya, dan rumahnya tak disentuh api.

وروينا فيه عن أنس رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لفاطمة رضي الله عنها : " ما يمنعك أن تسمعي ما أوصيك به ؟ تقولين إذا أصبحت وإذا أمسيت : يا حي يا قيوم بك أستغيث فأصلح لي شأني كله ولا تكلني إلى نفسي طرفة عين " (حسن)

Dari anas ra : bersabda Rasulullah saw pada Fathimah Azzahra ra : kiranya tak ada yg menghalangimu dari apa apa yg kuajarkan agar kau membaca dipagi hari dan sore hari : Yaa Hayyu Yaa Qayyum…dst.(hadits hasan) (Al Adzkar Imam Nawawi)

قال : دخل رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم المسجد ، فإذا هو برجل من الأنصار يقال له : أبو أمامة ، فقال " يا أبا أمامة ! ما لي أراك جالسا في المسجد في غير وقت صلاة ؟ " قال : هموم لزمتني وديون يا رسول الله ، قال : " أفلا أعلمك كلاما إذا قلته أذهب الله همك وقضى عنك دينك " قلت : بلى يا رسول الله ، قال : " قل إذا أصبحت وإذا أمسيت : اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن وأعوذ بك من العجز والكسل ، وأعوذ بك من الجبن والبخل ، وأعوذ بك من غلبة الدين وقهر الرجال " قال : ففعلت ذلك ، فأذهب الله تعالى همي وغمي وقضى عني ديني (حسن).

Rasul saw masuk ke masjid, maka terlihatlah seorang lelaki dari Anshar yg bernama Abu Umamah ra, maka bersabda Rasulullah saw : Wahai Abu Umamah, mengapa kulihat maku duduk di masjid di selain waktu shalat..?”, ia menjawab : “gundah.. aku dijerat hutang wahai Rasulullah..”, maka bersabda Rasulullah saw : ”maukah kau kuajari kalimat yg jika kau ucapkan maka Allah akan menghilangkan gundahmu dan terselesaikan hutangmu?”, maka Abu Umamah ra : “ajari aku wahai Rasulullah..”, maka Rasul saw bersabda : “Jika di pagi harimu dan sore harimu ucapkanlah : Allahumma inniy…dst.
Maka berkata Abu Umamah ra : kulakukan itu maka Allah menghilangkan gundahku dan dan terselesaikan hutangku” (Hadits hasan). (Al Adzkar Imam Nawawi)

بن عمر رضي الله عنهما قال : " لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم يدع هؤلاء الدعوات حين يمسي وحين يصبح : " اللهم إني أسألك العافية في الدنيا والآخرة ، اللهم إني أسألك العفو والعافية في ديني ودنياي وأهلي ومالي ، اللهم استر عوراتي وآمن روعاتي ، اللهم احفظني من بين يدي ومن خلفي ، وعن يميني ، وعن شمالي ، ومن فوقي ، وأعوذ بعظمتك أن أغتال من تحتي " قال وكيع : يعني الخسف.
قال الحاكم أبو عبد الله : هذا حديث صحيح الإسناد.

Berkata Ibn Umar ra : bahwa Nabi saw tak pernah meninggalkan doa doa ini ketika pagi dan sore, Allahumma inniy… dst
Berkata Imam Hakim hadits ini sanadnya Shahih. (Al Adzkar Imam Nawawi)

قال سمرة بن جندب ، : ألا أحدثك حد
قال سمرة بن جندب ، : ألا أحدثك حديثا سمعت من رسول الله صلى الله عليه وسلم مرارا ، ومن أبي بكر مرارا ، ومن عمر مرارا ؟ قلت : بلى قال : « من قال إذا أصبح وإذا أمسى : اللهم أنت خلقتني ، وأنت تهديني ، وأنت تطعمني ، وأنت تسقيني ، وأنت تميتني ، وأنت تحييني ، لم يسأل شيئا إلا أعطاه الله إياه

Berkata hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma, dari Samurah bin Jundub ra : maukah kukabarkan hadits dari Rasulullah saw yg kudengar berkali kali, dan dari Abubakar ra berkali kali, dan dari Umar ra berkali kali?, Barangsiapa dipagi hari membaca : Allahumma…dst. Tiadalah ia minta sesuatu pada Allah swt kecuali diberi Nya. (Ma’jamul Ausath Al Imam Tabrani)

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أصبح قال : " أصبحنا على فطرة الإسلام ، وكلمة الإخلاص ، ودين نبيا محمد صلى الله عليه وسلم ، وملة إبراهيم صلى الله عليه وسلم حنيفا مسلما وما أنا من المشركين ".

Dan bahwa Rasulullah saw jika dipagi hari berdoa : Ashbahna ala….dst. (Al Adzkar Imam Nawawi)

عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان يقول إذا أصبح : " اللهم بك أصبحنا وبك أمسينا ، وبك نحيا ، وبك نموت ، وإليك النشور " وإذا أمسى قال : " اللهم بك أمسينا ، وبك نحيا ، وبك نموت وإليك النشور " قال الترمذي : حديث حسن.
Dan dari Nabi saw bahwa jika pagi beliau saw berdoa : Allahumma bika ….dst
وإذا أمسى قال : " اللهم بك أمسينا ، وبك نحيا ، وبك نموت وإليك النشور " قال الترمذي : حديث حسن.
Dan jika sore : Allahumma bika amsayna…dst (Berkata Imam Tirmidziy hadits hasan. . (Al Adzkar Imam Nawawi)

وروينا في " سنن أبي داود " بإسناد لم يضعفه عن أبي مالك الأشعري رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : " إذا أصبح أحدكم فليقل : أصبحنا وأصبح الملك لله رب العالمين ، اللهم أسألك خير هذا اليوم فتحه ونصره ونوره وبركته وهداه ، وأعوذ بك من شر ما فيه وشر ما بعده ، ثم إذا أمسى فليقل مثل ذلك "

Dan kami riwayatkan pada Sunan Abu Dawud dengan sanad yg tidak didhoifkannya dari Malik Al Asy’ariy ra bahwa Sungguh Rasulullah saw bersabda : Jika kalian dipagi hari maka ucapkanlah : Ashbahna….dst, dan jika sore maka ucapkanlah pula seperti itu” (Al Adzkar Imam Nawawi)

وروينا في " سنن أبي داود " بإسناد جيد لم يضعفه ، عن عبد الله بن غنام بالغين المعجمة والنون المشددة ، البياضي الصحابي رضي الله عنه ، أن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم قال : " من قال حين يصبح : اللهم ما أصبح بي من نعمة فمنك وحدك لا شريك لك ، لك الحمد ولك الشكر ، فقد أدى شكر يومه ; ومن قال مثل ذلك حين يمسي فقد أدى شكر ليلته .

Dan kami riwayatkan oleh Sunan Abu Dawud dengan sanad baik, dan ia tak mendhoifkannya, dari Abdullah bin Ghannaam Albayadhiy ra : Sungguh Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa berdoa di pagi hari : Allahumma Maa Ashbaha biy….dst maka ia telah menunaikan syukurnya dihari itu, barangsiapa yg membacanya seperti itu disore hari maka ia telah menunaikan syukurnya dimalam itu (Al Adzkar Imam Nawawi)

عَنْ جُوَيْرِيَةَ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ مِنْ عِنْدِهَا بُكْرَةً حِينَ صَلَّى الصُّبْحَ وَهِيَ فِي مَسْجِدِهَا ثُمَّ رَجَعَ بَعْدَ أَنْ أَضْحَى وَهِيَ جَالِسَةٌ فَقَالَ مَا زِلْتِ عَلَى الْحَالِ الَّتِي فَارَقْتُكِ عَلَيْهَا قَالَتْ نَعَمْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ الْيَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

Dari Juwairiyah ra : Sungguh Nabi saw keluar menuju shalat subuh dan Juwayriyah berdzikir di tempat sujudnya, lalu Rasul saw pulang selepas dhuha, dan Juwairiyah ra masih duduk di tempatnya, lalu Rasul saw bersabda :”kau masih duduk disini sejak subuh tadi?”, maka Juwairiyah berkata : betul, maka Rasul saw : “Aku sudah berdzikir sesudahmu dengan hanya 4 kalimat saja 3X, jika ditimbang maka lebih berat dari semua dzikirmu sedari tadi, ucapkanlah : Subhanallah…. Dst. (Riyadhusshalihin oleh Imam Annawawiy)

من حديث أبي هريرة وقوله صلى الله عليه و سلم سبحان الله العظيم وبحمده عدد خلقه ورضاء نفسه وزنة عرشه رواه مسلم والأربعة من حديث ابن عباس رضي الله عنهما
Dari hadits abu Hurairah ra sabda Rasulullah saw : Subhanallahil ‘adhiim….dst, diriwayatkan Imam Muslim dan Imam 4 (Tirmidziy, Nasa;iy, Abu Dawud dan ibn Majah), dari hadits Ibn Abbas ra. (Ma’arijul Qabul).

عن عائشة بنت سعد بن أبي وقاص ، عن أبيها أنه دخل مع رسول الله صلى الله عليه وسلم على امرأة وبين يديها نوى ، أو حصا تسبح فقال : أخبرك بما هو أيسر عليك من هذا أو أفضل ؟ فقال : « سبحان الله عدد ما خلق في السماء ، وسبحان الله عدد ما خلق في الأرض ، وسبحان الله عدد ما بين ذلك ، وسبحان الله عدد ما هو خالق ، والله أكبر مثل ذلك والحمد لله مثل ذلك ، ولا إله إلا الله مثل ذلك ، ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم مثل ذلك » أ

Dari Aisyah binti sa’ad bin Abi Waqqash ra dari ayahnya, bahwa ia masuk bersama Rasulullah saw pada seorang wanita dihadapannya terdapat banyak biji atau batu untuk menghitung berdzikir, maka Rasul saw bersabda : Kuberitahu engkau dengan yg lebih mudah dari itu/lebih afdhal?, maka ucapkanlah Subhanallah adada maa…dst, dan Allahu Akbar seperti itu pula, dan Alhamdulillah seperti itu pula, dan Laa ilaha Illallah seperti itu pula, dan Laa haula walaa quwwata illa billahil aliyyil adhim seperti itu pula” (Syi’bul iman oleh Imam Albaihaqiy).

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : " من قال : لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، له الملك ، وله الحمد ، وهو على كل شئ قدير في يوم مائة مرة كانت له عدل عشر رقاب ، وكتبت له مائة حسنة ، ومحيت عنه مائة سيئة ، وكانت له حرزا من الشيطان يومه ذلك حتى يمسي ، ولم يأت أحد بأفضل مما جاء به إلا رجل عمل أكثر منه

Dari Abu Hurairah ra, Sungguh Rasulullah saw bersabda : “Laa ilaaha illallahu wahdahu…dst, dalam suatu hari 100X, maka baginya pahala membebaskan 10 orang budak, dan dituliskan 100 pahala, dan dihapus darinya 100 dosa, dan ia dijaga dari syaitan di hari itu hingga sore, dan tiadalah orang lain yg mempunyai amal lebih darinya di hari itu kecuali yg beramal lebih banyak dari itu” (Shahih Bukhari dan shahih Muslim)

Dalam dzikir ini Imam Haddad meringkasnya 1X saja namun diakhiri dg kalimat : “adada kulli dzarrah alf marrah” (sebanyak setiap debu, 1000X).


Teks Wirdhullatif.

TEKS ARAB DAN ARTI WIRD ALLATHIF.

HUJJATUL ISLAM AL IMAM ABDULLAH BIN ALWIALHADDAD


Beliau adalah seorang pakar hadits termasyhur dan telah mencapai gelar Hujjatul Islam, dan gelar hujjatul islam hanya diberikan pada mereka yg telah hafal 300.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya.

بسم الله الرحمن الرحيم

سُوْرَةُ اْلاِخْلاَصِ ( 3x)
Surat Al Ikhlas
1. Katakanlah : Dialah Allah, Yang Maha Esa,
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadnya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
اَلْمُعَوِّذَتَيْنِ ( 3x)

Surat Al Falaq
1. Katakanlah : Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai Subuh,
2. Dari kejahatan makhluknya,
3. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
4. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul
5. Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.

Surat An Naas
1. Katakanlah : aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. Raja manusia
3. Sembahan manusia
4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi
5. Yang membisikan (kejahatan) kedalam dada manusia
6. Dari (golongan) Jin dan manusia.

رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ * وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ (ثلاثا)
Dan katakanlah wahai Tuhan aku berlindung pada-Mu dari bisikan dan godaan syaitan, dan aku belindung dari kehadiran mereka (3x).

اَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَاَنَّكُمْ اِلَيْنَالاَ تُرْ جَعُوْنَ
Apakah kalian mengira sesungguhnya kalian ini diciptakan dengan sia-sia dan sungguh apakah kalian mengira kalian tidak akan dikembalikan kepada kami.

فَتَعَالَىاللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ َلاَاِلَهَ اِلاَّهُوَرَبُّ الْعَرْشِ اْلكَرِيْمِ *
Maka maha luhurlah Allah, maha Raja, Maha Benar, tiada Tuhan selain-Nya, Maha pemilik Arsy yang agung.

وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللهِ اِلَهًا اَخَرَلاَ بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَاِنَّمَا حِسَا بُهُ عِنْدَرَبِّهِ اِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الْكَا فِرُوْنَ
Dan barang siapa yang menyeru oleh selain Allah SWT berupa Tuhan yang lain maka dia tidak akan mendapatkan petunjuk dan kemuliaan dan sungguh perhitungannya kelak disisi Allah SWT, sungguh Dia Allah tidak akan membuat orang-orang kafir mendapat keberuntungan.

وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ *
Dan katakanlah wahai Tuhanku ampunilah dan kasihanilah kami dan Kau lah sebaik-baik yang menyayangi.

فَسُبْحَانَ اللهِ حِيْنَ تُمْسُوَنَ وَحِيْنَ تُصْبِحُوْنَ *
Maka Maha Suci Allah SWT mulai sore hari hingga malam hari.

وَلَهُ اْلحَمْدُ فِي السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَعَشِيًّا وَحِيْنَ تُظْهِرُوْنَ *
Dan milik-Nya lah segala puji disetiap tingkatan-tingkatan langit dan bumi sepanjang petang dan ketika kalian dimunculkan.

يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ اْلمَيِّتِ وَيُخْرِجُ اْلمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَيُحْيِي اْلاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَكَذَلِكَ تُخْرَجُوْنَ
Allah SWT mengeluarkan dari yang mati, mengeluarkan kehidupan dari kematian dan mengeluarkan kematian dari kehidupan, dan menghidupkan bumi setelah kematiannya, dan demikianlah mereka akan dikeluarkan kelak dihari Kiamat.

اَعُوْذُبِا للهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَا نِ الرَّجِيْمِ (ثلاثا)
Aku berlindung kepada Allah SWT yang Maha mendengar dan Maha mengetahui daripada syetan yang terkutuk (3x).

لَوْاَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَاَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وِتِلْكَ اْلاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ *
Kalau sekiranya kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.

هُوَاللهُ الَّذِيْ لاَاِلَهَ اِلاَّ هُوَعَالِمُ اْلغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَالرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ * هُوَاللهُ الَّذِيْ لآ اِلَهَ اِلاَّ هُوَاْلمَلِكُ اْلقُدُّوْسُ السَّلاَمُ اْلمُؤْمِنُ اْلمُهَيْمِنُ اْلعَزِيْزُاْمجَبَارُ اْلمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّايُشْرِ كُوْنَ *
Dia-lah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha pemurah lagi Maha penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha suci, Yang Maha sejahtera, Yang mengaruniakan keamanan, Yang memelihara, Yang Maha perkasa, Yang Maha kuasa, Yang memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.

هُوَاللهُ اْمخَالِقُ اْلبَارِئُ اْلمُصَوِّرُلَهُ اْلاَسْمَاءُ اْمحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَافِى السَّمَوَاتِ وِاْلاَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيْزُاْمحَكِيْمِ*
Dia-lah Allah yang menciptakan, Yang mengadakan, Yang membentuk Rupa, Yang mempunyai nama-nama, Yang paling baik. Bertasbih kepadanya apa yang ada dilangit dan dibumi. Dan Dia-lah yang Maha perkasa lagi maha bijaksana.

سَلاَمُ عَلَى نُوْحٍ فِى اْلعَالَمِيْنَ *
Salam sejah terah atas Nabi Nuh dialam semesta.

اِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ *
Sungguh demikianlah kami memberi balasan kemuliaan kepada orang-orang yang beramal baik.
اِنَّهُ مِنْ عِبَادِ نَا اْلمُؤْ مِنِيْنَ *
Dan sungguh Nabi Nuh as itu adalah diantara hamba- hamba kami yang beriman.

اَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّا مَّاتِ مِنْ شَرِّمَا خَلَقَ (ثلاثا)
Aku berlindung dengan kalimat Allah swt yang Sempurna dari keburukan-keburukan ciptaannya.

بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَيَضُرُّمَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى اْلاَرْضِ وَلاَفِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ (ثلاثا)
Dengan nama Allah yang tiada akan membawa mudhorot dosa apapun yang ada dilangit dan dibumi dan Dialah yang Maha mendengar dan Maha mengetahui (3x).

اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَصْبَحْتُ مِنْكَ فِى نِعْمَةٍ وَعَافِيَةٍ وَسِتْرٍ فَاَ تْمِمْ نِعْمَتَكَ عَلَيَّ وَعَافِيَتَكَ وَسِتْرَكَ فِى الدُّ نْيَاوَاْلاَ خِرَةِ (ثلاثا)
Wahai Allah sungguh aku melewati pagi ini dariMu dalam kenikmatan, dalam kesembuhan dan afiah, dalam perlindungan maka sempunkanlah nikmatan-Mu atasku dan kesembuhanmu yang Kau berikan kepadaku dan lindungilah aku didunia dan akhirat.

اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَصْبَحْتُ اُشْهِدُكَ وَاُشْهِدُ حَمَلَةَ عَرْشِكَ وَمَلاَئِكَتَكَ وَجَمِيْعَ خَلْقِكَ اِنَّكَ اَنْتَ اللهُ َلاِ اِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ وَحْدَكَ لاَسَرِيْكَ لَكَ ، وَاَنَّ سَيِّدَ نَا مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ (x4)
Wahai Allah sungguh aku melewati pagi ini disaksikan oleh-MU dan disaksikan oleh para penopang ArsyMu dari pada para Malaikat dan seluruh MalaikatMu dan seluruh ciptaanMU, mereka semua menyaksikan aku, bahwa sungguh Engkau adalah Allah yang tiada Tuhan selainMu yang Maha Tunggal dan tiada sekutu bagiMu, Dan sungguh Sayyidina Muhammad adalah hambaMu dan RasulMu. (mengucapkan syahadat disaksikan oleh seluruh Malaikat dan seluruh makhluk).

اَلْحَمْدُالِهَِat رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ حَمْدًا يُوَ افِىنِعَمَهُ وَيُكَا فِى مَزِيْدَهُ (ثلاثا) *
Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam, pujian yang mencakup seluruh kenikmatannya dan mencakup seluruh kelebihan kenikmatan (3x).

اَمَنْتُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ , وَكَفَرْتُ بِاْلجِبْتِ وَالطَّا غُوْتِ وَاسْتَمْسَكْتُ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَانْفِصَامَ لَهَاوَاللهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ (ثلاثا)
Segala Puji bagi Allah yang Maha Agung, dan aku berpaling dari pada semua kejahatan dan sesembahan selain Allah dan aku berpegang teguh dengan tali yang erat, dan Allah Maha mendengar dan Maha mengetahui (3x).

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِاْلاِسْلَامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَاَلِهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلاً (ثلاثا)
Aku ridho dengan Allah sebagai Tuhan dan Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul (3x).

حَسْبِيَ اللهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَ هُوَ رَبُّ الْعَرْ شِ الْعَطِيمِ (7x)
Cukuplah bagiku Allah, Tiada Tuhan selain-Nya, kepada-Nya aku bertawakal dan Dialah pemilik Arsy yang Agung.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَّى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ (10x)
Ya Allah limpahkanlah sholawat untuk Sayyidina Muhammad dan keluarganya dan sahabatnya dan limpahkan baginya salam.

اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْاَلُكَ مِنْ فُجَاةِ الْخَيْرِ ، وَاَعُوْذُ بِكَ مِنْ فُجَاَةِ الشَّرِّ ،
Wahai Allah sungguh aku minta kepadaMU kejutan kebaikan dan aku berlindung kepada-Mu dari kejutan- kejutan yang buruk.

اَللَّهُمَّ اَنْتَ رَبِّيْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَاَنَا عَبْدُكَ وَاَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، اَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ اَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَاَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَاِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَ اَنْتَ *
Wahai Allah Engkaulah Tuhanku tiada Tuhan selai-Mu, Engkaulah yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu dan aku berada dalam perjanjian-Mu dan ikatan kesetiaanku pada-Mu semampuku, aku berlindung dari buruknya perbuatanku dan aku sadar kenikmatan-kenikmatanMu padaku dan aku sadar atas dosa-dosaku, dan ampunilah aku maka sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau.

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لآ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ عَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ ، مَا شَآءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ * أَعْلَمُ أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ، وَأّنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا * اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ دَآبَّةٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا ، إِنَّ رَبِّيْ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ
Wahai Allah sungguh Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan selai-Mu, pada-Mu aku bertawakal dan Engkaulah pemilik Arsy yang Agung, apa-apa yang dikhendaki Allah SWT akan terjadi dan yang tidak yang dikehendaki Allah tidak akan terjadi, tiada daya dan upaya selain dengan kekuatan Allah yang Maha tinggi dan Maha Agung, aku tau sungguh Allah itu berkuasa atas segala sesuatu dan sungguh Allah itu meliputi segala sesuatu dengan pengetahuannya (Maha tahu atas segala sesuatu). Wahai Allah aku sungguh aku berlindung dari buruknya diriku dan dari kejahatan semua makhluk dan ciptaan-Mu sungguh Engkau mengenggam semua ubun-ubun mereka (kepala), sungguh Tuhanku berada pada jalan yang benar.

ياَ حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَ حْمَتِكَ اَسْتَغِيْثُ وَمِنْ عَذَابِكَ اَسْتَخِيْرُاَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ اِلَى نَفْسِيْ وَلاَ اِلَى اَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ طَرْفَةَ عَيْنٍ . اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ ، وَاَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَاَعُوْذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ *
Wahai yang Maha hidup dan Maha berdiri sendiri aku beristighotsah dan mohon bantuan pada Rahmat-Mu, Dan aku berlindung kepada-Mu dan mohon dijauhkan dari siksa, perbaikilah keadaanku semuanya, dan janganlah Engkau palingkan aku pada diriku dan jangan Kau palingkan aku pada ciptaan-ciptaanMu sekejappun selalulah aku didalam khusyuk kepadamu. Wahai Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kesedihan, aku berlindung kepada-MU dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepada-Mu daripada sifat pengecut dan sifat kikir, dan aku berlindung kepada-Mu dari terjebak oleh hutang-hutang dan didholimi oleh penguasa.

اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْاَلُكَ اْلعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ ،
Wahai Allah sungguh aku meminta kepadamu kesembuhan dan afiah, dunia dan akhirat.

اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْاَلُكَ اْلعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ الدَّائِمَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَاَهْلِيْ وَمَالِيْ ،
Wahai Allah sungguh aku meminta kepadamu maaf-Mu, dan afiah-Mu dan atas segala yang mengganggu kita jasad kita dan ruh kita dan penjagaan dan pemeliharaan yang abadi dalam agamaku, duniaku, keluargaku, hartaku.

اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ *
Wahai Allah tutupilah auratku dan kejahatan- kejahatanku dan jagalah aku Dari apa yang kurisaukan.

اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِيْ وَعَنْ يَمِيْنِيْ ، وَعَنْ شِمَالِيْ ، وَمِنْ
فَوْقِيْ . وَاَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ اَنْ اُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ *
Wahai Allah jagalah aku dari depanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku ,dari atasku dan aku berlindung dengan keagungan-Mu dari pada kejahatan yang datang dari bawahku (fitnah dari bumi/ sihir).

اَللَّهُمَّ اَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَاَنْتَ تَهْدِ يْنِيْ وَاَنْتَ تُطْعِمُنِيْ وَاَنْتَ تُسْقِيْنِيْ وَاَنْتَ تُمِيْتُنِيْ وَاَنْتَ تُحْيِيْنِيْ وَاَنْتَ عَلَىكُلِّ شَيِءٍ قَدِ يْرُ *
Wahai Allah sungguh Engkaulah yang menciptakan aku dan Engkau yang memberi aku hidayah, Engkau yang memberiku makanan, Engkau yang memberiku minuman dan Engkaulah yang menghidupkan aku dan engkaulah yang mematikanku dan Engkaulah yang berkuasa ats segala sesuatu.

اَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلاِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلاِخْلاَصِ وَ عَلَىدِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ اَلِهِ وَسَلَّمَ ،
Aku lewati pagi ini dengan kesucian islam dan kulewati pagi ini dalam kalimat yang ikhlas pada agama Nabi Muhammad saw.

وَعَلَىمِلَّةِ اَبِيْنَ اِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ *
Dan atas tuntunan tauhid dari Ayah kami (Ayah para Nabi/ Nabi Ibrahim) yang berada dalam kelembutan seorang muslim dan Nabi Ibrahim itu bukan orang-orang yang musrik.

اَللَّهُمَّ بِكَ اَصْبَحْنَا وَبِكَ اَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوْتُ ،
Wahai Allah bersama-Mu kami melewati pagi ini dan bersama-Mu kami melewati sore ini dan denganmu kami hidup dan denganmu pula kami wafat.

وَعَلَيْكَ نَتَوَكَّلُ وَاِلَيْكَ النُّشُوْرُ *
Dan kepada-Mu kami bertawakal dan kepadamu pula kami akan kembali.

اَصْبَحْنَا وَاَصْبَحَ اْلمُلْكُ لِهََُِ وَالْحَمْدُلِهَِ ك رَبِّ اَلعَالَمِيْنَ *
Kami melewati pagi ini dan kami lewati pagi ini sedangkan kerajaan alam semesta tetap milik Allah dan segala puji untuk Allah.

اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْاَلُكَ خَيْرَ هَذَا اْليَوْمِ فَتْحَهُ وَنَصْرَهُ وَنُوْرَهُ وَبَرَكَتَهُ وَهُدَاهُ
Wahai Allah sungguh aku meminta kebaikan hari ini, kemenangannya, pertolongannya, cahayanya, keberkahannya, dan petunjuk hidayahnya yang ada di hari ini .

اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْاَلُكَ خَيْرَ هَذَا اْليَوْمِ وَخَيْرَ مَا فِيْهِ وَخَيْرَمَا قَبْلَهُ وَ خَيْرَمَا بَعْدَهُ ،
Sungguh Allah aku meminta kepada-Mu kebaikan hari ini dan kebaikan yang apa-apa tersimpan hari ini dan kebaikan pada hari yang lain dan kebaikan yang ada pada hari esok.

وَاَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذَااْليَوْمِ ، وَشَرِّمَا فِيْهِ وَشَرِّمَا قَبْلَهُ وَشَرِّمّا بَعْدَهُ
Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang pada hari ini dan keburukan yang tersimpan pada hari ini dan keburukan atau kejahatan yang ada pada hari yang lain dan yang ada pada hari esok.

اَللَّهُمَّ مَا اَصْبَحَ بِيْ مِنْ نِعْمَةٍ اَوْبِاَ حَدٍمِنْ خَلْقِكَ . فَمِنْكَ وَحْدَكَ لاَشَرِ يْكَ لَكَ ، فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ عَلَى ذَلِكَ * ( 1)
Wahai allah apa-apa yang kutemukan dipagi ini dari kenikmatan datang dari salah satu ciptaan-Mu maka itu adalah hakekatnya dari-Mu Tunggal, tiada sekutu atas-Mu dan atas-Mulah segala pujian dan bagimulah segala terimakasih atas segala nikmat yang datang pada hari ini.
(1) Ketika sore kata Subuh diganti Masa' dan Al-yaum dengan Lail dan an-Nusyur dengan Al-Masir

سُبْحَانَ اللهِ وَبِِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ ، وَرِضَى نَفْس&
Maha Suci Allah Swt dan Maha Tinggi, sebanyak makhluq ciptaanNya dan yang meridhoi setiap jiwa.

==> majelis Dinding
Read more »»  

Al-Ghazali dan Tasawuf

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Imam Ghazali : “Ketika masih muda, aku menyelami samudera yang dalam ini. Aku menyelaminya sebagai penyelam handal dan pemberani, buka sebagai penyelam penakut dan pengecut. Aku menyerang setiap kegelapan dan mengatasi semua maslah, menyelami kegoncangan. Aku teliti aqidah setiap kelompok dan menyingkap rahasia cara pikir setiap golongan, agar aku bisa membedakan antara kelompok yang memperjuangkan kebenaran dan kelompok yang memperjuangkan kebathilan, agar bisa membedakan antara pengikut sunnah dan pencipta bid’ah”.

Al-Ghazali dan Tasawuf

Bahwa Al-Ghazali adalah ulama’ besar yang sanggup menyusun kompromi antara syari’at dan hakikat atau tasawuf menjadi bangunan baru yang cukup memuaskan kedua belah pihak, baik dari kalangan syar’I ataupun lebih-lebih kalangan sufi.

Berbagai macam buku yang membahas tentang sepak terjang Al-Ghazali yang tumbuh kembang pada masa dimana banyak muncul mazhab dan goolngan. Ketika itu, beragam kecenderungan berfikir, baik yang bernuansa agama maupun rasio, berbenturan dan beradu argumentasi. Al-Ghazali merasakan dirinya di antara mazhab yang terpecah belah, kelompok-kelompok perusak, filsafat asing dan bid’ah-bid’ah pemikiran. Sehigga tergambar dalam bait kata-katanya yang begitu menggugah hati dengan gemuruh semangat dan keberanian;

Dengan demikian tidak ayal al-Ghazali merasakan dirinya berhadapan dengan samudera luas, dengan gulungan ombak yang sangat dahsyat dan dalam. Dia tidak memposisikan dirinya sebagai “penggembira” yang hanya ikut-ikutan dalam gelombang dahsyat itu. Dia tidak merasa takut terhadap luasnya samudera, kedalaman dasar samudera dan besarnya gelombang.

Dasar ajaranTasawuf adalah cinta rindu untuk berhubungan dengan kekasihnya Allah SWT, dan berasik-maksyuk dengan Dia. Perkembangan yang cukup menarik adalah timbulnya kesadaran dari dalam untuk memoderasi ajaran Tasawuf, dan untuk mengeliminir konflik antara syari’at dan tasawuf atau hakikat. Upaya ini walaupun tidak akan berhasil memuaskan sepenuhnya, namun cukup konstruktif dan positif. Pertentangan antara hakikat dan syari’ah bisa diperkecil. Namun sebaliknya menimbulkan konflik ke dalam antara golongan yang lebih ortodoks dengan sufisme murni yang lebih heterodoks (pantheis). Disamping itu kelemahan yang mendasar dari kompromi ini, umumnya terletak pada penghargaan terhadap Tasawuf (hakikat) selalu dipandang lebih tinggi dari Syari’at. Al-Ghazali misalnya membagi iman menjadi tiga tingkat, dan yang paling tinggi adalah para arifin (sufi). Ajaran ini diterangkan sebagai berikut;

“Keimanan tingkat awal, imannya orang-orang awam, yakni iman dasar taklid.

Tingkat kedua, imannya para mutakallimin (teolog), atas dasar campuran (taklid) dengan sejenis dalil.

Tingkatan ini masih dekat dengan golongan awam.

Tingkat ketiga, imannya para arifin (sufi) atas dasar pensaksian secara langsung dengan perantara nurul yaqin.(ihya’ ‘ulumuddin, III, hal. 15).

Setelah Al-Ghazali melihat bahwa ahli ilmu kalam, filosof dan kaum Batiniyah tidak mampu mengantarkannya mencapai keyakinannya dan hakikat, maka dia melirik tasawuf yang menurut pandangannya adalah harapan terakhir yang bisa memberikannya kebahagiaan dan keyekinan. Ia mengatakan, “setelah aku mempelajari ilmu-ilmu ini (kalam, filsafat, dan ajaran bathiniyah), aku mulai menempuh jalan para sufi.”

Para sufi banyak berbicara tentang kasyf dan mu’ayanah, mampu berhubungan dengan alam malakut dan belajar darinya secara langsung, mampu mengetahui lauhul-mahfuzh dan rahasia-rahasia yang dikandungnya. Namun, bagaimanakah caranya agar manusia mampu mendapatkan kasyf dan mu’ayanah? Para sufi menjawab, caranya dengan menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu yang didapatkan. Al-Ghazali mengatakan, “Aku tahu bahwa tarekat mereka menjadi sempurna dengan ilmu dan amal”

Jalan pertama, yaitu Ilmu. Al-Ghazli mulai mendapatkan ilmu kaum sufi dari kitab Qut Al-Qulub Mu’amalah Al-Mahbub karya Abu Thalib Al-Makki dan kitab Ar-Ri’ayah li Huquq Allah karya Harits Al-Muhasibi, serta ucapan-ucapan pucuk pimpinan sufi semisal Al-Junaidi, As-Syibli, Al-Busthami, dan lain-lain. Al-Ghazali mengatakan, “Mendapatkan ilmu Tasawuf bagiku lebih mudah dari pada mengamalkannya. Aku mulai mempelajari ilmu kaum sufi dengan menelaah kitab-kitab dan ucapan-ucapan guru-guru mereka. Aku mendapatkan ilmu dengan cara mendengar dan belajtar. Nampaklah bagiku bahwa keistimewaan guru besar sufi tidak mungkin digapai dengan cara belajar, tetapi dengan cara dzauq, hal, dan memperbaiki sifat diri.”

Jalan kedua, yaitu dengan cara Tahalli (menghias diri dengan sifat-sifat utama), Tkhalli (membersihkan firi dari sifat-sifat yang rendah dan tercela) agar manusia dapat memberesihkan hati dari pikiran selain Allah dan menghias hati dengan berzikir kepadaNya. Al-Ghazalai mengatakan, “Adapu manfaat yang dicapai dari ilmu sufi adalah terbuangnya aral yang merintangi jiwa, mensucikan diri dari akhlaknya yang tercela dan sifatnya yang kotor, hingga dengan jiwa yang telah bersih itu hati menjadi kosong dari selain Allah dan dihiasi dengan dzikir kepada Allah.”

Di dalam kitab-kitab Ihya’ ‘Ulumuddin, Al-Ghazali menulis, “Bagi hati, ada dan tiadanya sesuatu adalah sama. Lantas, bagaimanakah hati meninggalkan semua urusan Dunia? Demi Allah, ini adalah jalan yang sangat sukar; jarang sekali ada manusai yang sanggup melakukannya”

Cukup lama Al-Ghazali berada dalam situasi tarik menarik antara dorongan hawa nafsu dan panggilan akhirat, hingga akhirnya ia merasa dirinya tidak lagi harus memilih, tetapi dipakasa untuk meninggalkan Bagdad. Kini lidahnya menjadi berat dan dirinya merasa bosan mengajar. Keadaan ini membuat hatinya sedih dan kondisi fisiknya lemah, sampai-sampai dokter putus asa mengobatinya. Para dokter mengatakan, “Penyakitnya bersumber dari hati dan merembet ke tubuhnya. Penyakitnya tidak bisa diobati kecuali mengistirahatkan pikiran dari factor-faktor yang membuatnya sakit”

“Disaat menyadari ketidak mampuan dan semua upaya telah gagal, akupun mau tak mau harus kembali kepada Allah dalam keadaan yang terpaksa dan tidak mempunyai pilihan lagi. Allah-yang menjawab doa yang terpaksa jika berdoa-mengabulkan niatku, sehinngga kini terasa mudah bagiku meninggalkan pangkat, harta, anak, dan teman.”

Sesudah mengalami masa-masa keraguan yang cukup rumit, baik dalam filsafat ataupun penggunaannya dalam Ilmu Kalam, akhirnya justru mendapatkan kepuasan dalam penghayatan kejiwaan dalam Sufisme, yakni mempercayai kemutlakan dalil kasyfi.[12] Hal ini merupakan keunikan-keunikan atau keanehan al-Ghazali. Mungkin karena pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat Persi masa itu yang merupakan lahan yang subur bagi perkembangan pemikiran dan kehidupan sufisme. Agaknya beliau telah sejak kecil punya penilaian positif terhadap ajaran sufisme. Karena memang beliau melihat dan menghayati betapa institusi tasawuf dapat memperdalam keyakinan dan perasaan agama yang mendalam, serta dapat membina akhlaq yang luhur. Dan ternyata akhirnya Al-Ghazali jadi propagandis sufisme yang paling bersemangat dan paling sukses. Misalnya, tetntang kehidupan para sufi dan tasawuf yang digambarkannya:

“Sungguh aku mengetahui secara yakin bahwa para sufi itulah orang-orang yang benar-benar telah menempuh jalan Allah SWT, secara khusus. Dan bahwa jalan mereka tempuh adalah jalan yang sebaik-baiknya, dan laku hidup mereka adalah yang paling benar, dan akhlaq adalah yang paling suci. Bahkan seandainya para ahli pikir dan para filosof yang bijak, dan ilmu para ulama yang berpegang pada rahasia syari’at berkumpul untuk menciptkan jalan dan akhlaq yang lebih baik dari apa yang ada pada mereka(para sufi) tidak mungkin bisa menemukannya. Lantaran gerak dan diam para sufi, baik lahir ataupun bathin, dituntun oleh cahaya kenabian. Dan tidak ada cahaya kenabian diatas dunia ini, cahaya lain yang bisa meneranginya.”(mungqidz min al-Dlalal, hal, 31).

Kemudian soal pendalaman perasaan agama dan pemantapan iman, Al-Ghazali melihat bahwa tasawuf adalah sarana yang hebat untuk untuk mendukung bagi pendalaman rasa agama (spiritualitas Islam) dan untuk memantapkan dan menghidupkan iman. Dengan Ilmu kalam orang baru bisa mengerti tentang pokok-pokok keimanan, namun tidak bisa menanamkan keyakinan yang mantap dan menghidupkan pengalaman agama. Oleh karena itulah Tasawuflah sarana yang paling hebat untuk mengobati penyakit formalism dan kekeringan rasa keagamaan ini menurut Al-Ghazali.

Yang menjadi masalah kemudian, bagaimana cara mengawinkan dan mengkrompromikan tasawuf dengan syari’at? Atau dengan kata lain bagaimana mengkompromokan syari’at dan hakikat sehingga keduanya tidak saling menggusur, akan tetapi justru saling mendukungnya. Persoalan inilah yang telah cukup lama diangan-angankan oleh para sufi sendiri, bagaimana cara menjembatani dua system yang tumbuh berdampingan yang sering memancing konflik yang cukup tajam.

Adapun fungsi hakikat itu sendiri terhadap syari’at adalah sebagaimana digamabarkan Imam Al-Qusyairi di dalam risalahnya yaitu;

“Syari’at itu perintah untuk melaksanakan ibadah, sedang hakikat menghayati kebesaran Tuhan (dalam ibadah). Maka setiap syari’at yang tidak diperkuat hakikat adalah tidak diterima; dan setiap hakikat yang tidak terkait dengan syari’at tak menghasilkan apa-apa. Syari’at datang dengan kewajiban pada hamba, dan hakikat memberitakan ketentuan Tuhan. Syari’at memerintahkan mengibadahi Dia, hakikat meyaksikannya pada Dia. Syari’at melakukan yang diperintahkan Dia, hakikat menyaksikan ketentuannya, kadar-Nya, baik yang tersembunyi maupun yang di luar. (Risakah Qusyairiyah. Hal, 46)

Disini, Al-Ghazali berupaya membersihkan tasawuf dari ajaran-ajaran asing yang merasukinya, agar tasawuf berjalan di atas koridor Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ia menolak paham Hulul dan Ittihad sebagaimana yang di propagandakan oleh al-Hallaj dan lainnya. Al-Ghazali hanya menerima tasawuf Sunni yang didirikan diatas pilar Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ia berusaha mengembalikan tema-tema tentang Akhlaq, Suluk, atau Hal pada sumber Islam. Semuanya itu harus mempunyai landasan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Satu hal mencolok yang dilakukan Al-Ghazali pada tasawuf adalah upayanya dalam mengalihkan tema-tema Dzauq (rasa), Tahliq (terbang), Syathahat, dan Tahwil menjadi nilai-nilai yang peraktis. Ia mengobati hati dan bahaya jiwa, lalu mensucikannya dengan akhlaq yang mulia. Upaya ini nampak jelas terlihat dalam kitab Al-Ihya’-nya. Ia bebicara tentang akhlaq yang mencelakakan(al-Muhlikat) dan akhlaq yang menyelamatkan (al-Munjiyat). “Al-Muhlikat adalah setiap akhlaq yang tercela (madzmum) yang dilarang al-Qur’an. Jiwa harus dibersihkan dari akhlaq yang tercela ini. Al-Munjiyat adalah akhlaq yang terpuji (mahmud), sifat yang disukai dan sifatnya orang-orang muqarrabin dan shiddiqin, dan menjadi alat bagi hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhan semesta alam.

Tema ilmu sufi menurut Al-Ghazali adalah Dzat, sifat da perbuatan Alah SWT. Adapun buah dari pengetahuan tentang Allah adalah timbulnya sikap mencintai Allah, karena cinta tidak aka muncul tanpa “pengetahuan” dan perkenalan. Buah lain dari pengetahuan tentang Allah adalah “tenggelam dalam samudra Tauhid”, karena seorang ‘arif tidak melihat apa-apa selain Allah, tidak kenal selain Dia, di dalam wujud ini tiada lain kecuali Allah dan perbuatan-Nya. Tidak ada perbuatan yang dapat dilihat manusia kecuali itu adalah perbuatan Allah. Setiap alam adalah ciptaan-Nya. Barang siapa melihat itu sebagai hasil perbuatan Allah, maka ia tidak meluhat kecuali dalam Allah, ia tidak menjadi arif kecuali demi Allah, tidak mencintai kecuali Allah SWT. Imam Al-Ghazali menambahkan, “Mereka melatih hati, hingga Allah memperkenankan melihatNya. Sementara itu, tasawuf dilakukan dengan memegang teguh dan mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.”

Sehingga dalam perilaku dan ucapannya, Al-Ghazali teguh memegangi syari’at. Ia mengatakan, “seorang arif sejati mengatakan, “jika kamu melihat seorang manusia mampu terbang di awang-awang dan mampu berjalan di atas air, tetapi ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syari’at, maka ketahuilah dia itu setan.”

Bahkan dengan terang-terangan dia menolak dan melawan mereka deangan berbagai alasan dan dalil. Secara terus terang menyatakan seseorang yang telah mendapatkan penyingkapan (kasyf) dan penyaksian (musyahadah) tidak layak mengeluarkan suatu ucapan yang bertentangan dengan aqidah Islam, yakni aqidah tauhid murni yang membedakan mana Tuhan dan mana hamba, serta menegaskan bahwa Tuhan adalah Tuhan dan hamba adalah hamba. Itulah aqidah yang dipegang teguh Al-Ghazali.[21]Al-Ghazali mengatakan bahwa ungkapan-ungkapan yang diucapkan oleh kaum sufi itu boleh jadi masuk ke dalam kategori imajinasi (tawahhun) karena mereka kesulitan dengan kata-kata tentang kebersatuan yang telah mereka capai. Atau, boleh jadi, penggunaan istilah-istilah itu masuk kerangka pengembangan dan perluasan istilah yang sesuai dengan tradisi sufi dan para penyair. Mereka biasanya meminjam istilah yang paling mudah dipahami, seperti kata penyair berikut; “Aku adalah yang turun, dan yang turun adalah aku juga. Kami adalah ruh yang bersemayam dalam satu badan”.

Lebih jauh, Al-Ghazali mengambil kesimpulan secara umum denga memberikan catatan penting yang menyatakan bahwa kebersatuan dengan Tuhan (ittihad) secara rasional tidak mungkin terjadi. Dan Al-Ghazali tidak membahas lebih lanjut ihwal makrifat intuitif (al-ma’rifah adz-dzawiqiyyah), yang merupakan konsep utama tasawufnya. Sebab, Al-Ghazali, sebagaimana di katakana oleh Ibnu Thufail, telah terasah dengan berbagai ilmu dan terpoles dengan ma’rifat. Karena itu, pembahasan Al-Ghazali tentang konsep ma’rifat senantiasa berada dalam batas-batas agama. Ia tidak pernah membiarkan dirinya hanyut dalam ucapan orang lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tasawuf menurut Al-Ghazali adalah mengosongkan hati dari segala sesuatu selain Allah, menganggap rendah segala sesuatu selain Allah, dan akibat dari sikap itu mempengaruhi pekerjaan hati dan anggota badan.

Al-Ghazali dan Syari’at

Sebagaimana dipaparkan di atas tentang kehidupan Al-Ghazali bahwa, kehidupannya diliputi gelombang pemikiran yang sangat dahsyat sehingga membuat Al-Ghazali terombang-ambing dengan keyakinannya, maka dengangan demikian terlontarlah kata-katanya yang bijak bahwa, “hingga akhirnya ia merasa dirinya tidak lagi harus memilih, tetapi harus dipakasa untuk meninggalkan Bagdad. Kini lidahnya menjadi berat dan dirinya merasa bosan mengajar. Keadaan ini membuat hatinya sedih dan kondisi fisiknya lemah, sampai-sampai dokter putus asa mengobatinya. Para dokter mengatakan, “penyakitnya bersumber dari hati dan merembet ke tubuhnya. Penyakitnya tidak bisa diobati kecuali mengistirahatkan pikiran dari faktor-faktor yang membu atnya sakit”

Mengenai goncangan kepercayaan yang dipandang sesat dari ajaran Syi’ah Bathiniyah atau yang beliau sebut golongan Ta’limiyah, yang mengharuskan percaya kepada iman-iman yang dipandang ma’sum (terpelihara dari kesalahan), Al-Ghazali menganjurkan agar masyarakat muslim lebih baik beriman kepada Nabi Muhammad yang memang diwajibkan seluruh muslim langsung beriman kepada Nabi, dan bukannya iman-iman kepada penyebar bid’ah

Dari susunan Ihya’ ‘Ulum al-Dien tergambar pokok pikiran Al-Ghazali mengenai hubungan syariat dan hakekat atau tasawuf. Yakni sebelum mempelajari dan mengamalkan tasawuf orang harus memperdalam ilmu tentang syari’at dan aqidah telebih dahulu. Tidak hanya itu, dia harus konsekuwen menjalankan syari’at dengan tekun dan sempurna. Karena dalam hal syari’at seperti shalat, puasa dan lain-lain, di dalam ihya’ diterangkan tingkatan, cara menjalankan shalat, puasa, dan sebagainya. Yakni sebagai umumnya para penganut tasawuf dalam ihya’ dibedakan tingkatan orang shalat antara orang awam, orang khawas, dan yang lebih khusus lagi. Demikian juga puasa, dan sebagainya. Sesudah menjalankan syari’at dengan tertib dan penuh pengertian, baru pada jilid ketiga dimulai mempelajari tarekat. Yaitu tentang mawas diri, pengendalian nafsu-nafsu, dan kemudian lau wiridan dalam menjalankan dzikir, hingga akhirnya berhasil mencapai ilmu kasyfi atau penghayatan ma’rifat.

Tasawuf dan Syari’at

Salah satu tuduhan yang kerap dialamatkan kepada tasawuf adalah bahwa tasawuf mengabaikan atau tidak mementingkan syari’at. Tuduhan ini berlaku hanya bagi kasus-kasus tertntu yang biasanya terdapat dalam tasawuf tipe “Keadaan Mabuk”(sur, intoxication), yang dapat membedakan dari tasawuf tipe “keadaan-tidak-mabuk”(sahw, sobiety). “Keadaan Mabuk” dikuasai oleh persaan kehadiran Tuhan: para sufi melihat Tuhan dalam segala sesuatu dan kehilangan kemampuan untuk membedakan makhluq-makhluq. Keadaan ini disertai oleh keintiman (uns), kedekatan dengan Tuahn yang mencintai. “keadaan-tidak-mabuk” dipenuhi oleh rasa takut dan hormat (haybah), rasa bahwa Tuhan betapa agung, perkasa, penuh murkan dan jauh, derta tidak perduli pada persoalan-persoalan kecil umat manusia.

Para sufi “yang mabuk” merasakan keintiman denga Tuhan dan sangat yaqin pada kasih sayangNya, sedangkan para sufi “yang-tidak-mabuk” dikuasai rasa takut dan hormat kepada Tuhan dan tetap khawatir terhadap kemurkaanNya. Yang pertama cenderung kurang mementingkan syari’at dan menyaatkan terang-terangan persatuan denagan Tuhan, sedangkan yagn kedua memelihara kesopanan (adab) terhadap Tuhan. Para sufi yang, dalam ungkapan Ibn al-‘Arabi, “melkihat dengan kedua mata” selalu memelihara akal dan kasyf (penyingkakpan intuitif) dalam keseimbangan yang sempurna dengan tetap mengakui hak-hak “yang tidak-mabuk” dan “yang-mabuk.”

Tuduhan bahwa tasawuf mengabaikan syari’at tidak dapkat diterima apabila ditujukan kepada tasawuf tipe “keadaan-tidak-mabuk”. Pasalnya, tasawuf tipe ini sangat menekankan pentingnya syari’at. tasawuf tidak dapat dipisahkan karena bagi para penganutnya syri’at adalah jalan awal yang harus ditempuh untuk menuju tasawuf.

Dalam suatu bagian Al-Futuhat Al-Makkiyah, Ibn Al-‘Arabi menyatakan, “jika engkau betanya apa itu tasawuf? Maka kami menjawab, tasawuf adalah mengikatkan diri kepada kelakuan-kelakuan baik menurut syri’at secara lahir dan batin dan itu adalah akhlaq mulia. Ungkapan-ungkapan kelakuan baik menurut syari’at dalam perkataan Ibn al-‘Arabi ini menunjukkan bahwa tasawuf harus berpedoman pada syari’at. Menurut sufi ini, syari’at adalah timbangan dan pemimpin yang harus di ikuti dan disikuti oleh siapa saja yang mengigninkan keberhasialan tasawuf. Sebagai mana Ibn al’Arabi, Hussen Naser, seorang pemikir dari Iran yang membela tasawuf tipe “keadaan-tidak-mabuk”berulangkali menekankan bahwa tidak ada tasawwuf tanpa syari’at.

Iskam sebagai agama yang sngat menekankan keseimbangan memanifestasikan dirinya dalam kesatuan syari’at (hukum Tuahan) dan tharikat (jalan spiritual), yang sering disebut sufisme atau tasawuf. Apabila syari’ata adalah dimensi eksoteris Islam, yang kebih banyak berurusan aspek lahiriyah, maka tharikat adalah dimensi esoteric Islam, yang lebih banyak berurusan dengan aspek bathiniyah. Pentingnya menjaga keatuan syari’at dan tharikat dituntut oleh kenyataan bahwa segala sesuatu dialam ini, termasuk manusia, mempunyai aspek lahitaiyah dan bathiniyah.

Islam adalah suatu Agama yang mempunyai ajaran yang amat luas. Ajaran-ajaran Islam itu dinamakan Syari’at Islam. Syari’at Islam mencakup segenap peraturan-peraturan Allah SWT, yang dibawa/disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, untuk seluruh manusia, dalam mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan menusia sesamanya dan hubungannya dengan makhluk lain. Dan peraturan itu berfaedah untuk untuk mensucikan jiwa manusia danmenghiasinya dengan sifat-sifat yang utama. Inilah pengertian syari’at yang biasa dipakai oleh para Ulama’ Salaf.
Tasawuf adalah satu cabang dari Syari’at Islam, seperti halnya dengan Tauhid(aqidah) dan fiqih yang merupakan cabang dari Syari’at Islam. Seperti di dalam hadist yang diriwayatkan dari Umar ra, yang mengisayaratkan tiga unsure dasar syari’at Islam tentang Islam, Iman dan Ihsan.
Ihsan termasuk amal hati dalam hubungan dengan ma’bud(Tuhan). Soal ini tidak dipelajari di dalam ilmu kalam dan fiqh, tetapi dibicarakan di dalam Tasawuf. Adapun yang berkenaan dengan amal lahir seperti shalat, puasa, zakat dan haji, itulah yang dipelajari dalam ilmu fiqh, yang menyangkut soal aqidah dipelajari di dalam ilmu Kalam.

Selain dari Ihsan, tasawuf juga membahas tentang hubngan manusia dengan sesamanya yang disebut akhlaq, seperti halnya dengan fiqh selain membahas tentang rukun Islam ia juga membahas tentang muamalat maliah, jinayat, munahkat dan qoda’, karena persoalan-persoalan ini erat hubungannya dengan maslah pokok yang disebutkan Nabi diatas(Islam, Iman, Ihsan). Sebagai contoh adalah tentang penyakit dengki(hasad). Dengki menurut hadist Rasul dapat memakan amal seprti api memakan kayu bakar. Dari hadist ini (tentang Islam, Iman, Ihsan)dapat dipahamkan bahwa dengki yang merusak hubungan dengan sesame manusia juga dapat merusak hubungan dengan Tuhan. Karena itu masalah akhlaq yang tercela dan akhlaq yang terpuji yang bertumbuh di dalam hati dapat dipelajari dalam ilmu Tasawuf. Dengan ini jelas, betapa kedudukan Tasawuf denga rangkaian syari’at Islam.

Tasawuf Islam tidak akan ada kalau tidak ada Tauhid. Tegasnya tiada guna pembersihan hati kalau tidak beriman. Tasawuf Islam sebenarnya adalah hasil dari aqidah yang murni dan kuat yang seseuai dengan kehendak Allah dan RasulNya.

Sungguh sudah banyak penganut Tasawuf yang tergelincir di bidang ini. Banyak para Shufi yang telah mengaku dirinya Tuhan atau manifestasi Tuhan. Ada pula yang mengaku bahwa para Nabi lebih rendah derajatnya dari para wali. Ada yang mengi’tikadkan bahwa ibadat-ibadat yang kita kerjakan tidak sampai kepada Tuhan kalau tidak dengan merabithahkan guru lebih dahulu. Dan bayak macam-macam I’tiqad yang sesat yang bersumber dari akal fikir manusia.

Mereka tidak melakukan segala I’tiqad-I’tiqad kafir dan musyrik ini kurang mendalami jiwa Tauhid Islam yang murni/yang belum bercampur dengan filsafat pemikiran manusia. Oleh sebab itu untuk mendalami tasawuf Islam terlebih dahulu harus dimatagkan pengertian Tauhid Islam. Amal Tasawuf akan rusak binasa kalau tidak didahului oleh pengertian tentang Tauhid.

Demikianlah hubungan antara ilmlu Tasawuf dengan ilmu Tauhid (syari’at). Tasawuf tidak aka nada kalau tidak ada Tauhid dan Tauhid tidak akan tumbuh subur dan berbuah lebat kalau tidak ada Tasawuf.

Kodifikasi TASAWUF dengan SYARI’AT dalam Kacamata AL-GHAZALI

Imam Al-Ghazali (w, 111 M.) adalah ulama’ ahli syari’at penganut mazhab syafi’I dalam hukum fiqh, dan seorang teolog pendukung Asy’ari yang sangat kritis, namun sesudah lamjut usia ia mulai meragukan dalail akal yang menjadi tiang tegaknya mazhab asy’ariah di samping dalil wahyu. Sesudah mengalami keraguan terhadap kemampuan akal baik dalam filsafat ataupun penggunaannya dalam ilmu kalam, akhirnya justru mendapat kepuasan dalam penghayatan kejiwaan dalam sufisme, mempercayai kemutlakan dalail kasyf. Hal ini merupakan keunikan atau keanaehan al-Ghazali. Mungkin karena pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat Persi masa itu yang merupakan lahan yang subur bagi perkembangan pemikiran dan kehidupan sufisme. Agaknya beliau telah sejak kecil punya penilaian positif terhadap ajaran sufisme. Karena memang beliau melihat dan menghayati betapa institusi tasawuf dapat memperdalam keyakinan dan perasaan agama yang mendalam, serta dapat membina akhlaq yang luhur. Dan ternyata akhirnya Al-Ghazali jadi propagandis sufisme yang paling bersemangat dan paling sukses. Misalnya, tetntang kehidupan para sufi dan tasawuf yang digambarkannya:

“Sungguh aku mengetahui secara yakin bahwa para sufi itulah orang-orang yang benar-benar telah menempuh jalan Allah SWT, secara khusus. Dan bahwa jalan mereka tempuh adalah jalan yang sebaik-baiknya, dan laku hidup mereka adalah yang paling benar, dan akhlaq adalah yang paling suci. Bahkan seandainya para ahli piker dan para filosof yang bijak, dan ilmu para ulama yang berpegang pada rahasia syari’at berkumpul untuk menciptkan jalan dan akhlaq yang lebih baik dari apa yang ada pada mereka(para sufi) tidak mungkin bisa menemukannya. Lantaran gerak dan diam para sufi, baik lahir ataupun bathin, dituntun oleh cahaya kenabian. Dan tidak ada cahaya kenabian diatas dunia ini, cahaya lain yang bisa meneranginya.”(mungqidz min al-Dlalal, hal, 31).

Kutipan di atas menunjukkan betapa tingginya nilai tasawuf di mata al-Ghazali. Dan memang hingga masa itu tasawuf masih dikelola oleh golongan elit (khawas), belum merakyat. Jadi kualitasnya masih bias terkendali. Hanya timbulnya kecenserungan kea rah phanteis atau union-mistik dan penyimpangan terhadap syari’at yang meulai memperihatinkan dan menimbulkan ketegangan. Hal ini tercermin dalam judul risalah otobiografi al-Ghazali al-Munqidz min ad-Dlalal, yang bias di terjemahkan pembebas dari kesesatan. Dari segi sufuisme buku tersebut mengkritik kesesatan peafsiran para penganut paham hulul, ittihad, dan wushul, dengan pernyataannya:

“ringkasnya, penghayatn makrifat itu memuncak sampai yang demikian dekatnya pada Allah sehingga ada segolongan mengatakan hulul, segolongan lagi mengatakan ittihad, dan ada pula yang mengatakan wushul, kesemua ini salah. Dan telah kujelaskan segi kesalahan mereka dalam maqshudu al-Aqsha(Tujuan yang Tinggi).Al-Munqidz min al-Dlala, hal. 32”

Mengenai goncangan kepercayaan yang dipandang sesat dari ajaran Syi’ah Bathiniyah atau yang beliau sebut golongan Ta’limiyah, yang mengharuskan percaya kepada imam-imam yang dipandang ma’sum (terpelihara dari kesalahan), Al-Ghazali menganjurkan agar masyarakat muslim lebih baik beriman kepada Nabi Muhammad yang memang diwajibkan seluruh muslim langsung beriman kepada Nabi, dan bukannya iman-iman kepada penyebar bid’ah. .

Sedang mengenai masalah ajaran-ajaran dalam sufisme, dalam munqidz telah ditunjikkan paham-paham yang sesat. Agar masyarakat tidak tersesat kepaham neka-neka al-Ghazali mencoba membatasi penghayatan makrifat dalam sufisme agar dimoderasi hanhya sampai ke penghayatan yang amat dekat dengan Tuhan, tidak terjerumus ke paham hulul, ittihad, dan whusul. Dengan demikian berarti al-Ghazali menolak penghayatan makrifat kea rah puncak, yaitu menolak fana’ al-fana’. Jadi dalam mengamalkan tasawuf dibatasi dan dimoderasi hanya kepada penghayatan fana’ (ecstasy) yang tengah-tengah, yang masih menyadari adanya perbedaan yang fundamental antara manusia dan Tuhan yang transenden, mengatasi alam semesta. Yaitu hanya samkpai penghayatan yang dekat (qurb) dengan Tuhan, sehingga kesadaran diri sebagai yang sedang makrifat tetap berbeda dengan Tuhan yang dimakrifatinya.

Kemudian soal pendalaman perasaan agama dan pemantapan iman, Al-Ghazali melihat bahwa tasawuf adalah sarana yang hebat untuk untuk mendukung bagi pendalaman rasa agama (spiritualitas Islam) dan untuk memantapkan dan menghidupkan iman. Dengan ilmu kalam orang baru bisa mengerti tentang pokok-pokok keimanan, namun tidak bisa menanamkan keyakinan yang mantap dan menghidupkan pengalaman agama. Oleh karena itulah tasawuflah sarana yang paling hebat untuk mengobati penyakit formalism dan kekeringan rasa keagamaan ini menurut Al-Ghazali.[40] Yang menjadi masalah kemudian, bagaimana cara mengawinkan dan mengkompromikan tasawuf dengan syari’at itu? Atau dengan kata lain bagaimana mengkompromikan syari’at dan hakikat sehingga keduanya tidak saling menggusur, akan tetapi justru saling mendukung.?

Kebutuhan ini wajar, karena para sufi sendiri mengembangkan ajaran mereka adalah untuk menyemarakkan kehidupan agama, dan bukan untuk merusaknya. Namun bagaimana caranya, itu yang belum bisa di kemukakan oleh para ulama’ sufi. Imam al-Qusyairi (w, 1074M.) dalam risalahnya baru bisa merumuskan harapan sebagai berikut:

“Syari’at itu perintah untuk melaksanakan ibadah, sedang hakikat menghayati kebesaran Tuhan (dalam ibadah). Maka setiap syari’at yang tidak diperkuat dengan hakikat tidak diterima; dan setiap hakikat yang tidak terkait dengan syari’at, pasti tak menghasilkan apa-apa. Syari’at dating dengan kewajiban pada hamba, dan hakikat memberikan ketentuan Tuhan. Syari’at memerintahkan mengibadahi pada Dia. Syari’at melakuakan yang diperintahkan Dia, hakikat menyaksikan ketentuanNya, kadarNya, baik yang tersembunyi ataupun yang tampak diluar. (Risalah Qusyairiyah, hal. 46)”

Walaupun cita untuik menjalin keselarasan pengamalan taswuf dengan syari’at telah di cetuskan dan menjadi keprihatinan ulama’-ulama’ sufi sebelumnya, namun baru al-Ghazali yang secara konkrit berhasil merumuskan bangunan ajarannya. Konsep al-Ghazali yang mengkompromikan dan menjalin secara ketat antara pengalaman sufisme denga syari’at disusun dalam karyanya yang paling monumental Ihya’ Ulumu ad-Din.

Dari susunan Ihya’ ‘Ulum al-Dien tergambar pokok pikiran Al-Ghazali mengenai hubungan syariat dan hakekat atau tasawuf. Yakni sebelum mempelajari dan mengamalkan tasawuf orang harus memperdalam ilmu tentang syari’at dan aqidah telebih dahulu. Tidak hanya itu, dia harus konsekuwen menjalankan syari’at dengan tekun dan sempurna. Karena dalam hal syari’at seperti shalat, puasa dan lain-lain, di dalam ihya’ diterangkan tingkatan, cara menjalankan shalat, puasa, dan sebagainya. Yakni sebagai umumnya p[ara penganut tasawuf dalam ihya’ dibedakan tingkatan orang shalat antara orang awam, orang khawas, dan yang lebih khusus lagi. Demikian juga puasa, dan sebagainya. Sesudah menjalankan syari’at dengan tertib dan penuh pengertian, baru pada jilid ketiga dimulai mempelajari tarekat. Yaitu tentang mawas diri, pengendalian nafsu-nafsu, dan kemudian lau wiridan dalam menjalankan dzikir, hingga akhirnya berhasil mencapai ilmu kasyfi atau penghayatan ma’rifat.

Tema ilmu sufi menurut Al-Ghazali adalah Dzat, sifat da perbuatan Alah SWT. Adapun buah dari pengetahuan tentang Allah adalah timbulnya sikap mencintai Allah, karena cinta tidak aka muncul tanpa “pengetahuan” dan perkenalan. Buah lain dari pengetahuan tentang Allah adalah “tenggelam dalam samudra Tauhid”, karena seorang ‘arif tidak melihat apa-apa selain Allah, tidak kenal selain Dia, di dalam wujud ini tiada lain kecuali Allah dan perbuatan-Nya. Tidak ada perbuatan yang dapat dilihat manusia kecuali itu adalah perbuatan Allah. Setiap alam adalah ciptaan-Nya. Barang siapa melihat itu sebagai hasil perbuatan Allah, maka ia tidak meluhat kecuali dalam Allah, ia tidak menjadi arif kecuali demi Allah, tidak mencintai kecuali Allah SWT. Imam Al-Ghazali menambahkan, “mereka melatih hati, hingga Allah memperkenankan melihatNya. Sementara itu, tasawuf dilakukan dengan memegang teguh dan mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Sehingga dalam perilaku dan ucapannya, Al-Ghazali teguh memegangi syari’at. Ia mengatakan, “seorang arif sejati mengatakan, “jika kamu melihat seorang manusia mampu terbang di awang-awang dan mampu berjalan di atas air, tetapi ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syari’at, maka ketahuilah dia itu setan.”

(Oleh: M. Idsris Yusuf dan Hendriyanto al-Mandari)
Read more »»  

Doa Keselamatan Nabi Khidir AS

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Terjemahnya
Doa Al Faraj li Sayyidina Al Khidir Alaihissalam

Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma Sholli ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa shahbihi wa sallam, Allahumma kamaa lathafta fii ‘adhamatika duunalluthafaa, wa ‘alawta bi‘adhamatika alal ‘udhamaa, wa ‘alimta maa tahta ardhika ka’ilmika bimaa fauqa ‘arsyika, wa kaanat wasaawisasshuduuri kal’alaniyyati ‘indaka, wa ‘alaa niyyatilqauli kassirri fii ilmika, wanqaada kullu syay’in li ‘adhamatika, wa khadha’a kullu dzi sulthaanin li sulthaanika, wa shaara amruddunya wal akhirati kulluhu biyadika.Ij’al lii min kulli hammin ashbahtu aw amsaiytu fiihi farajan wa makhrajaa,Allahumma inna ‘afawaka ‘an dzunuubiy, wa tajaawazaka ‘an khathii’athiy, wa sitraka alaa qabiihi a’maaliy, athmi’niy ‘an as’aluka maa laa astawjibuhu minka mimma qashhartu fiihi, ad’uuka aaminan, wa as;aluka musta;anisaa. Wa innakalmuhsinu ilayya, wa analmusii’i ilaa nafsiy fiima bayniy wa bainaka, atawaddaduu ilayya bini’matika, wa atabagghadhu ilaika bilma’ashiy, alakinnattsiqata bika hamalatniy alal Jaraa’ati ‘alaika, fa’ud bifadhlika wa ihsaanika alayya. innaka antattawaburrahiim ,wa shalallahu alaa Sayyidina Muhammadin wa alihi wa shahbihi wa sallim.

Artinya
Wahai Allah, Sebagaimana Engkau telah berlemah lembut dalam Keagungan Mu melebih
segenap kelembutan, dan Engkau Maha Luhur dan Keagungan Mu melebihi semua Keagungan,
Dan Engkau Maha Mengetahui terhadapa apa apa yg terjadi di Bumi sebagaimana Engkau
Maha Mengetahui apa apa yg terjadi Arsy Mu, dan semua yg telah terpendam merisaukan hati adalah jelas terlihat dihadapan Mu, dan segala yg terang terangan diucapkan adalah Rahasia Yang terpendam dalam Pengetahuan Mu, dan patuhlah segala sesuatu pada Keagungan Mu, dan tunduk segala penguasa dibawah Kekuasaan Mu, maka jadilah segenap permasalahan dunia dan akhirat dalam Genggaman Mu, Maka jadikanlah segala permasalahanku dan kesulitanku segera terselesaikan dan termudahkan pada pagiku atau soreku ini, Wahai Allah kumohon maaf Mu atas dosa dosaku, dan kumohon pengampunan Mu atas kesalahan kesalahanku, dan kumohon tabir penutup Mu dari keburukan amal amalku, berilah aku dan puaskan aku dari permohonanku yg sebenarnya tidak pantas diberikan pada Ku karena kehinaanku, kumohon pada Mu keamanan, dan kumohon pada Mu Kedamaian bersama Mu, Sungguh selalu berbuat baik padaku, sedangkan aku selalu berbuat buruk terhadap diriku atas hubunganku dengan Mu, Kau Ulurkan Cinta kasih sayang lembut Mu padaku dengan kenikmatan kenikmatan Mu, sedangkan aku selalu memancing kemurkaan Mu dg perbuatan dosa, namun kuatnya kepercayaanku pada Mu membawaku untuk memberanikan diri lancang memohon pada Mu, maka kembalikanlah dengan Anugerah Mud an Kebaikan Mu padaku, Sungguh Engkau Maha Menerima hamba hamba yg menyesal dan Engkau Maha Berkasih sayang, Dan shalawat serta salam atas Sayyidina Muhammad serta keluarga dan limpahan salam, dan segala puji bagi Allah Pemilik Alam semesta.

Kenalilah Aqidahmu : Haib Munzir Al Musawa
Read more »»  

Sholawat Al Mughniyah

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

  

Sholawat Al Mughniyah ini adalah sholawat yang dimintakan dan diberikan oleh As Syeikh Al Qutb Ibnu 'Atha' Allah Al Iskandari. Menurut beliau As syeikh Ibnu Athai-Allah Sholawat ini berfadhilah untuk segala keperluan dan segala hajat. Untuk hal itu maka mintakanlah dan ebrikanlah sholawat ini untuk Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam 100x sampai 1000x
Selain itu fadhilahnya dapat memimpikan Rasulullah, baka berikanlah sholawat ini kepada beliau sebanyak 1000x, dan jika seseorang telah diberi Allah taufiq untuk memberikan sholawat ini setiap harinya 1000x, maka sudah pasti dia akan diperkayakan Allah selama masa hidupnya dan untuk selama-lamanya di dunia dan akherat dia akan dicintai oleh semua makhluk. banyak fahilah lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Dinukil dari Kitab Sa’adatud-darain Fis Shalati ’ala Sayyidil Kaunai – As-Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani , oleh Al Habib Muhammad bin Ali Al-Syihab
Read more »»  

Sabtu, 26 Januari 2013

4 Cara Bermimpi Rasulullah Habib Ali Al Jufri

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Assalamualaikum.. Berikut adalah 4 cara bermimpi rasulullah yang diajarkan oleh Habib Ali Al Jufri sebagaimana yang telah diajarkan oleh guru2nya.. 1. Memperbanyak Sholawat kepada RAsulullah. Imam As Sakhawi menganjurkan minimal 1 hari kita membaca 300 sholawat. 2. Mengagungkan Sunah Baginda Rasulullah 3. Mahabbah kepada Rasulullah 4. Berkhidmat kepada Rasulullah Semoga kita bisa mengambil hikmah dari pelajaran habib ali ini.. salam
Read more »»  

Translate