Malaikat
Rahmat dan Malaikat Adzab
Pada zaman dahulu, ada
seorang lelaki yang telah membunuh 99 orang. Dia ingin menjumpai pendeta untuk
meminta fatwa supaya dia dapat bertaubat dari dosanya. Ketika bertemu
dengannya, dia pun menerangkan bahwa dia telah membunuh 99 orang dan bertanya
padanya apakah dia masih mempunyai peluang untuk bertaubat. Pendeta dengan
tegas mengatakan dia tidak bisa bertaubat karena dosanya terlalu banyak. Lelaki
itu mejadi marah dan langsung membunuh pendeta itu, menjadikannya mangsa yang
ke seratus.
Dia masih ingin
bertaubat dan terus mencari kalau-kalau ada ulama yang bisa membantunya.
Akhirnya dia berjumpa dengan seorang ulama. Dia menceritakan bahwa dia telah
membunuh seratus orang dan bertanya apakah Allah masih menerima taubatnya.
Ulama itu menerangkan dia masih mempunyai harapan untuk bertaubat. Seterusnya
dia menyuruh lelaki itu pergi ke sebuah negeri di mana terdapat sekumpulan ‘abid
(orang beribadat). Apabila sampai di sana nanti, ulama itu menyuruhnya tinggal
di sana dan beribadat bersama mereka. Ulama itu melarangnya pulang ke negeri
asalnya yang penuh dengan kemaksiatan.
Lelaki itu mengucapkan
terima kasih lalu pergi menuju negeri yang diterangkan oleh ulama tadi. Baru
saja sampai setengah perjalanan, dia jatuh sakit lalu meninggal dunia.
Ketika itu terjadilah
perdebatan antara dua malaikat, yaitu Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab.
Malaikat Rahmat ingin membawa roh lelaki itu ke syurga karena pendapat dia
adalah orang tersebut adalah baik lantaran niatnya untuk bertaubat, sementara
Malaikat Azab mengatakan dia mati dalam keadaan su'ul khatimah karena dia telah
membunuh seratus orang dan masih belum mempunyai amal kebajikan sedikitpun.
Mereka saling berebutan dan tidak dapat memutuskan keadaan lelaki itu.
Allah kemudian mengantar
seorang malaikat lain berupa manusia untuk mengadili perdebatan mereka berdua.
Dia menyuruh malaikat itu mengukur jarak tempat kejadian itu dengan kedua-dua
tempat, adakah tempat kejadian itu lebih dekat dengan tempat kebajikan yang
akan dituju atau lebih dekat dengan tempat asalnya yang buruk?. Sekiranya
jaraknya lebih dekat dengan tempat kebajikan, dia milik Malaikat Rahmat.
Sebaliknya apabila jaraknya lebih dekat dengan tempat asalnya, dia milik
Malaikat Azab. Setelah diukur, didapati jarak ke negeri kebajikan melebihi
ukuran sejengkal saja. Lalu roh lelaki itu terus diambil oleh Malaikat Rahmat.
Lelaki itu akhirnya mendapat pengampunan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar