-->


"Kami tidak lebih hanyalah para penuntut ilmu yang fakir dan hina. Berjalan Keluar masuk melewati jalan-jalan di belantara mazhab. Di sini berhati-hatilah, siapa saja bisa tersesat dan berputar-putar dalam kesia-siaan. Banyak papan nama, baik yang baru dipasang atau yang sudah lama ada. Memilih jalan ini begitu mudah dan bahkan membanggakan bagi siapa saja yang tidak teliti. Akhirnya yang kami pilih adalah jalan dengan 'papan nama' yang sudah ada sejak lama. Inilah jalan kami, jalan Ahlus Sunnah Waljama'ah, jalan konservative, jalannya para pendahulu yang telah merintis dan menempuh jalan estafet dari Rosulullah SAW. Adapun jalan dengan papan nama yang baru dipasang kami ucapkan selamat tinggal. Biarkan kami memilih jalan ini, jalan tradisi Islam turun temurun yang sambung menyambung sanad: murid dari guru, dari guru, dari guru.... dari Salafunas Sholih, dari tabi'ut tabi'in, dari tabi'in, dari sahabat, sumbernya langsung sampai ke Baginda Rosulullah SAW.
Inilah jalan kami.... Ahlussunnah Waljama'ah.


Cari Blog Ini

Kamis, 17 Mei 2012

Munada Mudhaf pada Ya 'Mutakallim »Alfiyah Bait 582



- · • Ο • · -

المنادى المضاف إلى ياء المتكلم

BAB Munada Mudhaf PADA YA 'MUTAKALLIM 

واجعل منادى صح إن يضف ليا  ¤  كعبد عبدي عبدا عبديا

Jika Munada Shahih akhir Mudhaf pada Ya 'Mutakallim maka buatlah serupa contoh Abdi, Abdiy, Abdaa atau Abdayaa.  
- · • Ο • · -

Munada yang dimudhafkan pada Ya 'Mutakallim bisa berupa Isim Mu'tal Akhir atau Shahih Akhir.
Bila berupa Isim Mu'tal Akhir, maka hukumnya sama dengan ketika tidak menjadi Munada, sebagaimana penjelasannya dalam Bab Mudhaf pada Ya 'Mutakallim, yaitu mengatur Ya Mutakallim dengan berharkat fathah, contoh:

يا فتاي

YAA FATAAYA = Hai Pemudaku!

يا قاضي

YAA QAADIYA = Hai Hakimku!
oOo
Bila berupa Isim Shahih, maka bisa dibaca dengan lima cara:
1. Membuang Ya 'Mutakallim dan menetapkan harkat kasrah sebagai dalil terbuangnya Ya' Mutakallim. Cara yang satu ini adalah yang paling banyak digunakan, contoh:

يا غلام

YAA GHULAAMI = wahai anak mudaku!
Contoh dalam Ayat Al-Qur'an:

يا عباد فاتقون

YAA 'IBAADI FAT-TAQUUN = Maka bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku (QS. Azzumar 16)
Lafazh 'IBAADI = Munada Mudhaf, manshub tanda nashabnya fathah Muqaddar pada huruf sebelum Ya' Mutakallim yg dibuang untuk takhfif / meringankan, dicegah i'rab zhahirnya karena Isytighol mempertimbangkan / termuatnya posisi dengan huruf yang sesuai. Ya 'yg terbuang adalah Dhamir Mutakallim Mabni Sukun pada posisi Jarr sebagai Mudhaf Ilaih.
2. Menetapkan Ya 'dengan berharkat sukun, Cara yang keduan ini juga yang paling banyak digunakan setelah cara yg pertama, contoh:

يا غلامي

YAA GHULAAMIY = wahai pemudaku!
Contoh dalam Ayat Al-Qur'an dengan mengatur Ya 'sukun oleh sebagian Qiro'ah sab'ah bacaan Abu' Amr dan Ibnu "Amir:

يا عبادي لا خوف عليكم اليوم ولا أنتم تحزنون

YAA 'IBAADIY LAA KHOUFUN' ALAIKUMUL-YAUMA WA LAA ANTUM TAHZANUUN. = "Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (Az-Zukhruf 68)
Lafazh IBAADIY = Munada manshub, tanda nashabnya fathah Muqaddar diatas Ya 'yg dibuang. Ya 'dhamir mutakallim Mabni sukun dalam posisi Jarr sebagai Mudhaf Ilaih.
3. Mengganti Ya 'dengan Alif kemudian membuangnya, mengatur harkat fathah sebagai dalil terbuangnya Alif, contoh:

يا غلام

YAA GHULAAMA = wahai pemudaku!
Lafazh GHULAAMA = Munada Mudhaf manshub, tanda nashabnya fathah zhahir. Ya 'Mutakallim diganti Alif yg terbuang dalam mempertimbangkan Jar Mudhaf Ilaih.
4. Mengganti Ya 'dengan Alif yg diatur, contoh:

يا غلاما

YAA GHULAAMAA = wahai pemudaku!
Contoh dalam Ayat Al-Qur'an:

يا أسفى على يوسف

YAA ASAFAA 'ALAA YUUSUFA = "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf" (QS. Yusuf 84)
Lafazh ASAFAA = Munada manshub, tanda nashabnya dengan fathah zhahir, Ya 'Mutakallim digantikan Alif sebagai Dhamir yg Mabni pada sukun dalam mempertimbangkan Jar Mudhaf Ilaih.
5. Menetapkan Ya 'dengan berharkat fathah, contoh:

يا غلامي

YAA GHULAAMIYA = wahai pemudaku!
contoh dalam Ayat Al-Qur'an:

قل يا عبادي الذين أسرفوا على أنفسهم

QUL YAA 'IBAADIYAL-LADZIINA ASROFUU' ALAA ANFUSIHIM = Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri (QS. Az-Zumar: 53)
Lafazh 'IBAADIYA = Munada dinashabkan dengan fathah Muqaddar, Ya' mutakallim dhamir Mabni fathah dalam mempertimbangkan jarr menjadi Mudhaf Ilaih.
Lima cara bacaan diatas dalam hal yang paling banyak digunakan, yaitu: dengan membuang Ya 'Mutakallim dan cukup dengan harkat kasrah pada akhir kalimat, kemudian mengatur Ya' sukun atau berharkat fathah, kemudian mengganti Ya 'dengan Alif, kemudian membuang Alif, terakhir cukup dengan fathah akhir kalimat.

Tidak ada komentar:

Translate