-->


"Kami tidak lebih hanyalah para penuntut ilmu yang fakir dan hina. Berjalan Keluar masuk melewati jalan-jalan di belantara mazhab. Di sini berhati-hatilah, siapa saja bisa tersesat dan berputar-putar dalam kesia-siaan. Banyak papan nama, baik yang baru dipasang atau yang sudah lama ada. Memilih jalan ini begitu mudah dan bahkan membanggakan bagi siapa saja yang tidak teliti. Akhirnya yang kami pilih adalah jalan dengan 'papan nama' yang sudah ada sejak lama. Inilah jalan kami, jalan Ahlus Sunnah Waljama'ah, jalan konservative, jalannya para pendahulu yang telah merintis dan menempuh jalan estafet dari Rosulullah SAW. Adapun jalan dengan papan nama yang baru dipasang kami ucapkan selamat tinggal. Biarkan kami memilih jalan ini, jalan tradisi Islam turun temurun yang sambung menyambung sanad: murid dari guru, dari guru, dari guru.... dari Salafunas Sholih, dari tabi'ut tabi'in, dari tabi'in, dari sahabat, sumbernya langsung sampai ke Baginda Rosulullah SAW.
Inilah jalan kami.... Ahlussunnah Waljama'ah.


Cari Blog Ini

Rabu, 25 April 2012

Bingkisan-Bingkisan Mengesankan Dari KH. Thobary Syadzily



KH. Thobary Syadzily secara garis nasab merupakan keturunan dari ulama Syafi'iyyah yang terkemuka yakni Syaikh Nawawi Al Bantani. KH. Thobary Syadziliy juga merupakan pengasuh pondok pesantren Al-Husna Priuk Jaya Tangerang, serta merupakan alumni pesantren Tebuireng tahun 1988-1993. 

Beliau juga menjabat sebagai Ketua Lajnah Falakiyyah PWNU Propinsi Banten, dan Anggota Tim Komisi Fatwa dan Hukum MUI Kota Tangerang Banten. Kehadiran KH. Thobary Syadzily banyak memberikan angin segar bagi kalangan santri maupun umat Islam lainnya yang aktif di media-media  online seperti jejaring sosial facebook atau semacamnya. Pasalnya, isu-isu seperti adanya mantan kiayi NU Mahrus Ali, Afrokhi Abdul Ghani dan berbagai hal-hal yang memojokkan kaum Muslimin berupa tudingan bid'ah sesat terhadap amaliyah tertentu membuat sebagian kaum Muslimin merasa gamang bahkan ada yang terpengaruh. Syukur Alhamdulillah, usaha KH. Thobary Syadzily beserta sahabat-sahabat guna menyingkap mereka-mereka yang sering menuding-nuding sesat menjadi semacam penceharan tersendiri bagi mereka yang aktif di media online.

Sebut saja misalnya kasus H. Mahrus Ali, yang dalam bukunya menggunakan nama mantai kiayi NU, dimana ternyata sebutana "mantan" tersebut bukanlah dari pribadi H. Mahrus Ali melainkan dari pihak penerbit yang licik guna mengejar materi haram dengan memanfaatkan isu-isu yang krusial. Juga kasus Afrokhi Abdul Ghani yang ngumpet ketika didatangi ke kandangnya. Alhamdulillah buku bantahan guna meluruskan buku karangan Afrokhi telah diterbitkan dengan judul "MELURUSKAN KESALAHAN BUKU PUTIH KYAI NU".

Ada juga kisah, ketika beliau hadir pada sebuah acara bedah buku "KUBURAN-KUBURAN KERAMAT DI NUSANTRA" karya Hartono Ahmad Jaiz, yang mana narasumber dalam acara tersebut tidak lain adalah Hartono Ahmad Jaiz sendiri dan seorang anggota MUI. Dalam acara bedah buku tersebut, nampak sekali ketidak menguasaan si penulis terhadap bukunya sendiri bahkan terlihat ciut ketika KH. Thobary Syadzily membacakan kitab Tarikh Baghdad yang dibawa beliau. 

"Ini saya bawakan dalil di kitab "Tarikh Baghdad" mengenai dibolehkannya tabarruk ke makam waliyullah. Ini baru saya bawa satu kitab dan saya punya kitab 10 lemari besar di rumah. Seandainya kitab2 tersebut di bawa ke sini, mungkin ada semobil yg membicarakan masalah dibolehkannya ziarah kubur."

 Itu hanya sepintas kisah yang tentang beliau. Adapun hal-hal mengesankan lainnya yang beliau sajikan  sebagaimana tulisan di facebook beliau guna memberikan kepada yang lainnya, antara lain :

KITAB KIFAYATUL AWAM : ORANG TUAN NABI MUHAMMAD TIDAK MASUK NERAKA

Di dalam kitab "Kifayatul 'Awam" karya Syaikh Ibrahim Al-Baujuri halaman 13, cetakan "Dar Ihya al-Kutubil 'Arobiyah" disebutkan yang terjemahannya sebagai berikut : 
Jika anda sudah tahu bahwa Ahlul Fathroh (masa kevakuman atau kekosongan Nabi dan Rasul) itu termasuk orang-orang yang selamat (dari neraka) berdasarkan pendapat ulama yang kuat, maka tahu lah anda bahwa bahwa kedua orangtua Nabi Muhammad saw adalah orang-orang yang selamat juga (dari neraka). Karena, mereka berdua termasuk Ahlul Fathroh (termasuk juga kakek, buyut Nabi dan ke atasnya). Bahkan mereka berdua termasuk Ahlul Islam, karena Allah telah menghidupkan mereka berdua untuk Nabi Muhammad saw sebagai pengagungan kepadanya. Kemudian berimanlah kedua orangtua Nabi itu kepadanya sesudah kebangkitannya menjadi rasul.

Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Urwah dari Aisyah bahwa Rasulullah saw memohon kepada Tuhan-Nya agar Dia menghidupkan kedua orangtuanya. Maka Allah pun menghidupkan kedua orangtua Nabi itu. Selanjutnya, keduanya beriman dengan Nabi Muhammad saw. Kemudian, Allah mematikan keduanya kembali.

Berkata Suhaili: "Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, bisa saja Allah mengkhususkan Nabi-Nya dengan apa-apa yang Dia kehendaki dari sebab karunia-Nya dan memberi nikmat kepada Nabi-Nya dengan apa-apa yang dia kehendaki dari sebab kemuliaan-Nya.

Telah berkata sebagian ulama: "Telah ditanya Qodhi Abu Bakar bin 'Arobi, salah seorang ulama madzhab Maliki mengenai seorang laki-laki yang berkata bahwa bapak Nabi berada di dalam neraka. Maka, beliau menjawab bahwa orang itu terlaknat, karena Allah ta'ala berfirman:

{إِنَّ ٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱډخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا}
"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan melaknat mereka di dunia dan akherat dan menyiapkan bagi mereka itu adzab yang menghinakan". (QS. Al-Ahzab: 57).

Dan tidak ada perbuatan yang lebih besar dibandingkan dengan perkataan bahwa bapak Nabi berada di dalam neraka. Betapa tidak ! Sedangkan Ibnu Munzir dan yang lainnya telah meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa beliau berkata: "Engkau anak dari kayu bakar api neraka', maka berdirilah Rasulullah saw dalam keadaan marah, kemudian berkata:

ما بال أ قوام يؤذونني فى قرابتي و من أذاني فقد أذى الله
"Bagaimana keadaan kaum yang menyakiti aku dalam hal kerabatku, dan barangsiapa menyakiti aku maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah".
Dalam masalah ini Imam Al-Jalal as-Suyuthi telah menyusun beberapa karangan yang berhubungan dengan selamat kedua orangtua Nabi Muhammad saw (dari neraka). Semoga Allah membalas kebaikan kepadanya.
Di dalam kitab "Kifayatul 'Awam" juga, pada halaman 67 cetakan "Dar el-Kutub al-Islamiyyah" diterangkan bahwa: Sesuatu yang "maujud" itu terbagi kepada 4 bagian, yaitu:
1. Sesuatu yang tidak membutuhkan kepada tempat dan sang pencipta, yaitu Dzat Allah swt.
2. Sesuatu yang membutuhkan kepada dzat dan sang pencipta, yaitu sifat-sifat yang ada pada makhluk.
3. Sesuatu yang membutuhkan kepada sang pencipta, tetapi tidak membutuhkan kepada dzat, yaitu jirim (bentuk suatu makhluk).
4. Sesuatu yang menetap pada suatu dzat dan tidak membutuhkan pada sang pencipta, yaitu sifat-sifat Allah.

AT-TAJUL JAMI' LIL USHUL FIY AHADTSIR RASUL

Di dalam kitab "At-Tajul Jami' lil Ushul fii Ahaditsir Rasul (التاج الجامع للأصول في أحاديث الرسول)" diterangkan  yang artinya sebagai berikt :
"Dari Abu Hurairah beliau berkata: Nabi saw berziarah ke makam ibunya dan beliau menangis. Begitupula orang-orang yang berada di sekitarnya pada menangis. Kemudian, beliau berkata: Aku meminta idzin kepada Tuhanku supaya aku bisa memintakan ampunan untuknya. Namun aku tidak diidzinkan oleh-Nya. Terus aku meminta idzin kepada-Nya supaya aku bisa menziarahinya. Kemudian, Dia mengidzinkan aku untuk menziarahi ibuku. Berziarahlah ke makam-makam !! Karena, berziarah itu dapat mengingatkan mati. Hadits riwayat Imam Muslim, Abu Dawud, dan Nasa'i ".

Maksud hadits tersebut di atas sebagai berikut:

Ketika Nabi Muhammad saw menziarahi ibunya yang bernama Sayyidah Aminah binti Wahab, beliau menangis karena ibunya tidak beragama Islam dan tidak mendapat kesenangan di dalamnya, dan Allah tidak mengidzinkan Nabi saw memintakan ampunan untuk ibunya. Karena, permintaan ampunan itu syaratnya harus beragama Islam. Sedangkan ibunda Nabi saw wafat dalam keadaan menganut agama kaumnya sebelum Nabi saw. Hal ini bukan berarti ibunda Nabi saw tidak masuk surga,karena ibunda Nabi termasuk ahli fatrah (masa kekosongan atau vakum antara dua kenabian).

Menurut ulama jumhur bahwa ahli fatrah itu adalah orang-orang yang selamat (orang-orang yang selamat dari api neraka dan mereka tetap dimasukkan ke dalam surga). Firman Alla swt: و ما كنا معذبين حتى نبعث رسولا

Bahkan berlaku dan absah menurut ahli mukasyafah bahwa Allah ta'ala menghidupkan kembali kedua orangtua Nabi saw setelah beliau diangkat jadi Rasul. Kemudian, mereka beriman kepada Nabi saw. Oleh karena itu, sudah pasti mereka termasuk ahli surga.
 
THABAQAT ASY-SYAFI'IYYAH AL-KUBRA : TABARRUK KE MAKAM AL-BUKHARI

Di dalam kitab "Tabaqat As-Syafi'iyyah Al-Kubra" jilid 2 halaman 234 cetakan Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyyah diterangkan sebagai berikut:
وَقَالَ أَبُو على الغسانى الْحَافِظ أخبرنَا أَبُو الْفَتْح نصر بن الْحسن السُّكْنَى السمرقندى قدم علينا بلنسية عَام أَربع وَسِتِّينَ وَأَرْبَعمِائَة قَالَ قحط الْمَطَر عندنَا بسمرقند فى بعض الأعوام فَاسْتَسْقَى النَّاس مرَارًا فَلم يسقوا فَأتى رجل صَالح مَعْرُوف بالصلاح إِلَى قاضى سَمَرْقَنْد فَقَالَ لَهُ إنى قد رَأَيْت رَأيا أعرضه عَلَيْكقَالَ وَمَا هُوَ قَالَ أرى أَن تخرج وَيخرج النَّاس مَعَك إِلَى قبر الإِمَام مُحَمَّد بن إِسْمَاعِيل البخارى ونستسقى عِنْده فَعَسَى الله أَن يسقينا فَقَالَ القاضى نعم مَا رَأَيْت,
"Dan telah berkata Abu Ali Al-Ghassani Al-Hafidz: Abul Fathi Nashr bin Al-Hasan yang berdomosili di Sakna-Samarqan telah memberi kabar kepada kami bahwa telah datang kepada kami orang Balnasi pada tahun 464 H / 1072 M dan dia berkata: Telah terjadi musim kemarau yang panjang di daerah kami di Samarqandi pada suatu tahun yang lalu. Orang-orang di sana sudah berkali-kali berusaha memohon hujan kepada Allah swt tapi tak kunjung tiba juga. Kemudian, seorang laki-laki yang shaleh yang terkenal dengan nama Shalah mendatangi penghulu Samaeqandi. Dia berkata kepada penghulu itu: Sesungguhnya aku bermimpi dengan sebuah mimpi yang akan aku perlihatkan kepadamu. Jawab penghulu: Mimpi apa itu?. Kata laki-laki shalih itu: Aku bermimpi bahwa engkau keluar bersama orang-orang Samarqandi menuju makam Imam Muhammad bin Isma'il Al-Bukhari (Imam Bukhari, pengarang kitab Shahih Al-Bukhari). Di sisi makam beliau kami memohon hujan kepada Allah swt. Mudah-mudahan Allah menurunkan hujan kepada kami !. Jawab penghulu: Itulah sebaik-baik mimpi yang telah kau alami.

فَخرج القاضى وَالنَّاس مَعَه واستسقى القاضى بِالنَّاسِ وَبكى النَّاس عِنْد الْقَبْر وتشفعوا بِصَاحِبِهِ فَأرْسل الله تَعَالَى السَّمَاء بِمَاء عَظِيم غزير فَقَامَ النَّاس من أَجله بخرتنك سَبْعَة أَيَّام أَو نَحْوهَا لَا يَسْتَطِيع أحد الْوُصُول إِلَى سَمَرْقَنْد من كَثْرَة الْمَطَر وغزارته وَبَين سَمَرْقَنْد وخرتنك نَحْو ثَلَاثَة أَمْيَال
Kemudian, penghulu itu keluar bersama orang-orang Samarqandi menziarahi makam Imam Bukhari dan memohon kepada Alla swt supaya diturunkan hujan. Orang-orang itupun menangis di sisi makam Imam Bukhari. Mereka minta syafa'at kepada beliau supaya Allah segera menurunkan hujan. Tak lama kemudin Allah menurunkan hujan yang sangat lebat sekali. Orang-orang di Khartanak pun pada berdiri selama kira-kira 7 hari sambil menunggu redanya hujan. Seseorang takkan mampu untuk bisa sampai ke daerah Samaeqandi dikarenakan hujan yang sangat deras. Sedangkan jarak antara Samarqandi dan Khartanak kira-kira 3 mil".
SYARH ASY-SHAWI 'ALAA JAUHARAH AT-TAUHID

Di antara sifat yang wajib bagi Allah adalah sifat "Qiyamuhu Binafsihi". Artinya: Allah berdiri dengan sendir-Nya. Berdirinya Allah tidak butuh kepada tempat atau dzat yang menempati di dalamnya. Begitupula Allah tidak butuh kepada sang pencipta, karena Allah itu pencipta alam semesta.

Allah itu maujud, sedangkan maujudnya Allah tidak boleh disamakan dengan makhluk. Masalah "MAUJUD" diterangkan di dalam kitab "Syarah Shawi 'ala Jauharatut Tauhid" (lihat tulisan yang di foto) karya Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki Ash-Shawi halaman 154.

Maujud itu terbagi kepada 4 bagian besar, yaitu:

1. مستغن عن المحل و المخصص معا Artinya: Maujud yang tidak butuh kepada tempat atau dzat dan sang pencipta, yaitu Dzat Allah.
2. و مستغن عن المخصص فقط Artinya: Maujud yang tidak butuh kepada sang pencipta saja, yaitu sifat-sifat Allah.
3. و مفتقر للمخصص فقط Artinya: Maujud yang butuh kepada sang pencipta saja dzat-dzat makhluk (alam semesta).
4. و مفتقر لهما Artinya: Maujud yang butuh kepada dzat dan sang pencipta, yaitu sifat-sifat makhluk (alam semesta).

Adapun dalil bahwa Allah itu tidak butuh kepada tempat atau dzat, yaitu:
لو احتاج الى محل لكان صفة , و لو كان صفة لم يكن متصفا بصفات المعانى و المعنوية , والفرض أنه متصف بها , و الا لما وجد العالم , فبطل كونه صفة و ثبت كونه ذاتا
"Seandainya Allah itu butuh kepada tempat atau dzat, maka Allah itu sifat. Sedangkan, seandainya Allah itu sifat, maka Allah itu tidak kesifatan dengan sifat-sifat "Ma'ani dan Ma'nawiyah". Padahal sesungguhnya Allah itu kesifatan dengan sifat-sifat tersebut (Ma'ani dan Ma'nawiyah). Dan seandainya Allah itu tidak kesifatan dengan sifat-sifat tersebut, maka sesungguhnya tidak akan ada alam semesta. Dengan demikian, batallah atau tidak benar adanya Allah itu sifat, dan tetap atau benarlah adanya Allah itu Dzat.
JAMI' KARAMAT AL-AULIYAA' : JENAZAH ABU BAKAR BERKOMUNIKASI

Didalam kitab " جامع كرامات الأولياء " karya Imam Yusuf An-Nabhani (1265 H - 1350 H) cetakan Dar El-Fikr jilid 1 halaman 128 diterangkan sebagai berikut:
و قال الفخر الرازى فى تفسير سورة الكهف : و قد ذكر قليلا من كرامات الصحابة فقال : أما أبو بكر رضي الله عنه فمن كراماته : أنه لما حملت جنازته الى باب قبر النبي صلى الله عليه و سلم و نودي السلام عليك يا رسول الله , هذا أبو بكر بالباب فاذا الباب قد انفتح و اذا بهاتف يهتف من القبر : أدخلوا الحبيب الى الحبيب
"Dan Imam Fakhrur Rozi berkata di dalam kitab tafsir Surat Al-Kahfi: Dan sesungguhnya aku hanya menceritakan sedikit tentang karomahnya sahabat Nabi Muhammad saw. Ia berkata: Adapun karomahnya Abu Bakar RA, di antaranya: Ketika jenazahnya (Abu Bakar) dibawa ke pintu makam Nabi Muhammad saw, beliau mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad saw: As-Salamu 'alaika yaa Rasulallah (Semoga keselamatan Allah dilimpahkan kepada engkau hai Rasulullah !!). Ini adalah Abu Bakar di pintu makammu. Kemudian, seketika itu juga pintu makam benar-benar terbuka. Seiring dengan itu ada suara hatif (suara tanpa rupa) yang keluar dari makam itu menjawabnya: Silahkan masuk kekasih Allah kepada kekasih-Nya yang lain !".
AL-FIQHUL ISLAMI WA ADILLATUHU
Di dalam kitab "Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu" (8 jilid) karya Dr. Wahbah az-Zuhaili jilid 2 halaman 550 cetakan Dar el-Fikar 1989 M diterangkan sebagai berikut:
و سأل رجل النبي صلى الله عليه و سلم فقال : يا رسول الله , ان امي ماتت , فينفعها ان صدقت عنها ؟ قال : نعم
" Dan ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw: Ya Rasulallah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, maka apakah bisa bermanfa'at kepadanya (ibuku) seandainya aku bersedekah untuknya?. Jawab Rasulullah: Ya, benar ".
IKHTILAFU AIMMATIL ULAMAA'

Di dalam kitab "Ikhtilafu A'immatil 'Ulama" karya Imam Al-Wazir Abi Al-Muzaffar Yahya bin Muhammad bin Hubairah As-Syaibani jilid 1 halaman 190 diterangkan sebagai berikut:
و اتفقوا على أن الاستغفار للميت يصل ثوابه اليه , و أن ثواب الصدقة و العتق و الحج اذ ا جعل للميت وصل ثوابه اليه
:Para ulama (Imam Hanafi, Imam Syafi'i, Imam Malik & Imam Hambali) telah sepakat bahwa memohonkan ampun kepada mayit pahala bacaannya bisa sampai kepadanya (mayit). Dan sesungguhnya pahala sedekah, memerdekakan budak dan ibadah haji apabila diberikan kepada si mayit, maka pahalanya bisa sampai kepadanya ".
AL-MAJMU' SYARAH AL-MUHADZDZAB

Di dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab karya Imam Nawawi (wafat 676 H) jilid 5 halaman 294 diterangkan bahwa:
و اتفق عليه الأصحاب قالوا : و يستحب أن يقرأ عنده شيئ
من القرأن و ان ختموا القرأن كان أ فضل
"Para sahabat Imam Syafi'i telah sepakat mengatakan bahwa disunnahkan membaca sesuatu dari Al-Qur'an di sisi kuburan dan seandainya mengkhatamkannya, maka itu lebih utama".
TARIKH BAGHDAD

Di dalam kitab Tarikh Baghdad karya Imam Abu Bakar Ahmad bin Ali Al-Khatib Al-Baghdadi (wafat 463 H) jilid 1 halaman 123, cetakan "Dar El-Fikar" menerangkan sbb:
أخبرنا القاضي أبو عبد الله الحسين ابن على بن محمد الصيمرى قال أنبأنا عمر بن ابراهيم المقرى قال نبأنا على بن ميمون قال نبأنا مكرم بن أحمد قال نبأنا عمر بن اسحاق بن ابراهيم قال نبأنا على بن ميمون : سمعت ألشافعي يقول : اني لأتبرك بأبى حنيفة و أجئ الى قبره فى كل يوم - يعنى زائرا - فاذا عرضت لى حاجة صليت ركعتين و جئت الى قبره و سألت الله تعالى الحاجة عنده , فما تبعد عنى حتى تقضى
"Mengkabarkan kepadaku Al-Qadhi Abu Abdillah Al-Husaini ibni Ali bin Muhammad As-Shaimiri sambil barkata: Telah menceritakan kepadaku Umar bin Ibrahim Al-Muqri sambil berkata: Telah menceritakan kepadaku Mukram bin Ahmad sambil berkata: Telah menceritakan kepadaku Umar bin Ishaq bin Ibrahim sambil berkata: Telah menceritakan kepadaku Ali bin Maimun sambil berkata: Saya telah mendengar Imam Syafi'i sambil berkata: Sesungguhnya aku mengambil berkah dengan Imam Abi Hanifah dan aku mendatangi kuburannya setiap hari, yakni berziarah - Maka apabila aku mempunyai hajat baru maka aku shalat 2 raka'at dan aku mendatangi kuburan beliau sambil memohon kepada Allah ta'ala akan hajatku. Maka tidak jauh dariku terkecuali dikabulkan hajatku itu oleh Allah ta'ala.
 AL-BIDAYAH WAN NIHAYAH
الخضر بن نصر #
===========
على بن نصر الأربلى الفقيه الِشافعي أول من درس بأربل فى سنة ثلاث و ثلاثين و خمسمائة , و كان فاضلا دينا , انتفع به الناس , و كان قد اشتغل على الكيا الهراسي و غيره ببغداد , و قدم دمشق فأرخه ابن عساكر فى هذه السنة , و ترجمه ابن خلكان فى الوفيات , و قال قبره يزار , و قد زرته غير مرة , و رأيت الناس ينتابون قبره و يتبركون به
"Ali bin Nasr al-Arbil, seorang ulama pakar fiqih Syafi'i adalah orang pertama yang mengajar di daerah Arbil pada tahun 533 H / 1139 M. Beliau seorang yang mempunyai keistimewaan di bidang ilmu agama. Banyak orang mengambil manfa'at dengan keilmuan beliau. Beliau sibuk sekali di al-Harasyi dan lainnya di Baghdad. Beliau mendatangi Damsyiq (sekarang Damaskus - Syria). Kemudian Ibnu 'Asakir menuliskan sejarah tentang beliau pada tahun itu juga, dan Ibnu Khulkan menterjemahkannya ke dalam kitab-kitab sejarah secara cermat. Dan dia berkata: Makam beliau suka diziarahi orang. Sesungguhnya aku (Imam Ibnu Katsir, pengarang kitab ini) pun sering menziarahinya. Aku melihat orang-orang meninggikan kuburannya dan mengambil berkah dengan menziarahinya (bukan menyembah dan meminta berkah kepada kuburan) pula".
Kitab "Al-Bidayah wan Nihayah karya Al-Hafidz Ibnu Katsir cetakan Daar el-Fikr tahun 1978 Jilid 6 Juz 12 halaman 287.

Dan masih banyak pencerahan-pencerahan yang diberikan oleh KH. Thobary Syadzily melalui facebook beliau. Tentunya hal semacam ini sangat bermanfaat guna meluruskan isu-isu yang tidak seimbang yang pernah berkembang sebelumnya.
Sumber : www.ashahbuuroyi Dipublikasikan Oleh : MT. Miftahul Khoir

Tidak ada komentar:

Translate