-->


"Kami tidak lebih hanyalah para penuntut ilmu yang fakir dan hina. Berjalan Keluar masuk melewati jalan-jalan di belantara mazhab. Di sini berhati-hatilah, siapa saja bisa tersesat dan berputar-putar dalam kesia-siaan. Banyak papan nama, baik yang baru dipasang atau yang sudah lama ada. Memilih jalan ini begitu mudah dan bahkan membanggakan bagi siapa saja yang tidak teliti. Akhirnya yang kami pilih adalah jalan dengan 'papan nama' yang sudah ada sejak lama. Inilah jalan kami, jalan Ahlus Sunnah Waljama'ah, jalan konservative, jalannya para pendahulu yang telah merintis dan menempuh jalan estafet dari Rosulullah SAW. Adapun jalan dengan papan nama yang baru dipasang kami ucapkan selamat tinggal. Biarkan kami memilih jalan ini, jalan tradisi Islam turun temurun yang sambung menyambung sanad: murid dari guru, dari guru, dari guru.... dari Salafunas Sholih, dari tabi'ut tabi'in, dari tabi'in, dari sahabat, sumbernya langsung sampai ke Baginda Rosulullah SAW.
Inilah jalan kami.... Ahlussunnah Waljama'ah.


Cari Blog Ini

Rabu, 11 April 2012

BACAAN QUR’AN UNTUK ORANG YANG TELAH MENINGGAL DUNIA BERDASARKAN IMAM MADZHAB YANG EMPAT

Segala Puji hanya milik Alloh Jalla Jalaluh, Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Dzat Yang Menghidupkan dan Mematikan seluruh makhluk-Nya dan tiada ilah/tuhan yang patut di ibadahi/sembah kecuali Dia Alloh Robbul 'idzati Jalla Jalaluh, Sholawat serta Salam Allah, semoga senantiasa tercurah kepada Makhluk termulia, kekasih Alloh, kekasih kita semua yakni Junjungan kita Kanjeng Nabi muhammad SAW, beserta keluarga, para sohabat, tabi’in, tabi’u tabi’in, dan semua yang istiqomah mengikuti jejak dan langkahnya. Semoga kita Alloh Ta'ala jadikan sebagai umatnya yang istiqomah mengikuti ajaran-ajaranya. amiin...ya,..robbal,..'alamiin.
Oleh : Alfaqir Alhaqir Ahmad Adin Syamsudin.

Dengan artikel ini semoga semua umat Islam faham, bahwa sebenarnya Para Imam Madzhab yang 4 'itifaq/sepakat, bahwa hadiah pahala bacaan Qur’an kalua diniatkan dan diijabah oleh Alloh bisa sampai kepada ahli kubur hal itu orang lain yang membcanya, namun kalau anak cucunya tanpa diniatkan pun akan sampai.

1. Kitab Mughnil Muhtaj lil-Imam al-Khatib as-Sarbini juz 4 hal. 110


وحكى المصنف في شرح مسلم والأذكار وجھا أن ثواب القراءة يصل إلى الميت كمذھب الأئمة الثلاثة، واختاره جماعة من
الأصحاب منھم ابن الصلاح، والمحب الطبري، وابن أبي الدم، وصاحب الذخائر، وابن أبي عصرون، وعليه عمل الناس، وما رآه
المسلمون حسنا فھو عند لله حسن، وقال السبكي: والذي دل عليه الخبر بالاستنباط أن بعض القرآن إذا قصد به نفع الميت
وتخفيف ما ھو فيه نفعه، إذ ثبت أن الفاتحة لما قصد بھا القارئ نفع الملدوغ نفعته، وأقره النبي – صلى لله عليه وسلم – بقوله:
وإذا نفعت الحي بالقصد كان نفع الميت بھا أولى اھ. « وما يدريك أنھا رقية »



dan diceritakan oleh mushannif didalam Syarh Muslim dan al-Adzkar tentang suatu pendapat bahwa pahala bacaan al-Qur’an sampai kepada mayyit, seperti madzhab Imam Tiga (Abu Hanifah, Maliki dan Ahmad bin Hanbal), dan sekelompok jama’ah dari al-Ashhab (ulama Syafi’iyyah) telah memilih pendapat ini, diantaranya seperti Ibnu Shalah, al-Muhib ath-Thabari, Ibnu Abid Dam, shahib ad-Dakhair juga Ibnu ‘Abi Ishruun, dan umat Islam beramal dengan hal tersebut, apa yang oleh kaum Muslimin di pandang baik maka itu baik disisi Allah. Imam As-Subki berkata : dan yang menujukkan atas hal tersebut adalah khabar (hadits) berdasarkan istinbath bahwa sebagian al-Qur’an apabila di tujukan (diniatkan) pembacaannya niscaya memberikan manfaat kepada mayyit dan meringankan (siksa) dengan kemanfaatannya. Apabila telah tsabit bahwa surah al-Fatihah ketika di tujukan (diniatkan) manfaatnya oleh si pembaca bisa bermanfaat bagi orang yang terkena sengatan, sedangkan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam taqrir atas kejadian tersebut dengan bersabda : “Dari mana engkau tahu bahwa surah al-Fatihah adalah ruqiyyah ?”, jika bermanfaat bagi orang hidup dengan mengqashadkannya (meniatkannya) maka kemanfaatan bagi mayyit dengan
hal tersebut lebih utama. Selesai”.

2. Kitab I’anatut Tholibin juz 3 hal. 258



وحكى المصنف في شرح مسلم والأذكار وجھا أن ثواب القراءة يصل إلى الميت، كمذھب الأئمة الثلاثة، واختاره جماعة من
الأصحاب، منھم ابن الصلاح، والمحب الطبري، وابن أبي الدم، وصاحب الذخائر، وابن أبي عصرون وعليه عمل الناس وما رآه
المسلمون حسنا فھو عند لله حسن وقال السبكي الذي دل عليه الخبر بالاستنباط أن بعض القرآن إذا قصد به نفع الميت وتخفيف
ما ھو فيه، نفعه، إذ ثبت أن الفاتحة لما قصد بھا القارئ نفع الملدوغ نفعته، وأقره النبي – صلى لله عليه وسلم – بقوله: وما يدريك
أنھا رقية؟ وإذا نفعت الحي بالقصد كان نفع الميت بھا أولى اه (قوله: لا يصل ثوابھا إلى الميت) ضعيف (وقوله: وقال بعض أصحابنا
يصل) معتمد



“…… (frasa, pahala bacaaan al-Qur’an tidak sampai kepada mayyit) merupakan qaul yang lemah (frasa dan sebagian ashhab kami –syafi’iyyah- mengatakan sampai pahalanya kepada mayyit ) merupakan qaul yang kuat atau mukmatad”.

3. Kitab Tuhfatul Habib juz 2 hal. 302


وقد نقل الحافظ السيوطي أن جمھور السلف والأئمة الثلاثة على وصول ثواب القراءة للميت


“Dan sungguh al-Hafidz As-Suyuthi telah menaqal bahwa Jumhur Salafush Shaleh dan Aimmatuts Tsalatsah (Imam Tiga : Abu Hanifah, Malik, Ahmad bin Hanbal) menyatakan sampainya pahala bacaan al-Qur’an untuk mayyit”.

kemudian masalah Qoul yg Masyhur dalam madzhab Syafii bisa kita buka penjelasannya dlm kitab Fathul
Wahhab juz 2 hal. 23


أما القراءة فقال النووي في شرح مسلم المشهور من مذهب الشافعي أنه لا يصل ثوابها إلى الميت وقال بعض أصحابنا يصل وذهب
جماعات من العلماء إلى أنه يصل إليه ثواب جميع العبادات من صلاة وصوم وقراءة وغيرها وما قاله من مشهور المذهب محمول على
ما إذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو ثواب قراءته له أو نواه ولم يدع بل قال السبكي الذي دل عليه الخبر بالاستنباط أن بعض القرآن إذا
قصد به نفع الميت نفعه وبين ذلك وقد ذكرته في شرح الروض


“Adapun pembacaan al-Qur’an, Imam an-Nawawi mengatakan didalam Syarh Muslim, yakni masyhur dari madzhab asy Syafi’i bahwa pahala bacaan al-Qur’an tidak sampai kepada mayyit, sedangkan sebagian ashhab kami menyatakan sampai, dan kelompok-kelompok ‘ulama berpendapat bahwa sampainya pahala seluruh ibadah kepada mayyit seperti shalat, puasa, pembacaan al-Qur’an dan yang lainnya. Dan apa yang dikatakan sebagai qaul masyhur dibawa atas pengertian apabila pembacaannya tidak di hadapan mayyit, tidak meniatkan pahala bacaannya untuknya atau meniatkannya, dan tidak mendo’akannya bahkan Imam as-Subkiy berkata ; “yang menunjukkan atas hal itu (sampainya pahala) adalah hadits berdasarkan istinbath bahwa sebagian al-Qur’an apabila diqashadkan (ditujukan) dengan bacaannya akan bermanfaat bagi mayyit dan diantara yang demikian, sungguh telah di tuturkannya didalam syarah ar-Raudlah”

keterangan yg serupa bisa juga kita lihat dalam kitab Tuhfatul Muhtaj di Syarh al-Minhaj lil-Imam Ibnu Hajar al-Haitami juz 7 hal. 74


قال عنه المصنف في شرح مسلم: إنه مشهور المذهب على ما إذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو القارئ ثواب قراءته له أو نواه ولم يدع له


“Sesungguhnya pendapat masyhur adalah diatas pengertian apabila pembacaan bukan dihadapan mayyit (hadlirnya mayyit), pembacanya tidak meniatkan pahala bacaannya untuk mayyit atau meniatkannya, dan tidak mendo’akannya untuk mayyit
dan inilah pemahaman Imam Nawawi ad-Dimsyaqi as-Syafii


فالاختيار أن يقول القارئ بعد فراغه: اللهمّ أوصلْ ثوابَ ما قرأته إلى فلانٍ؛ والله أعلم



“Dan yang dipilih (qaul mukhtar) agar berdo’a setelah pembacaan al-Qur’an : “ya Allah sampaikan (kepada Fulan) pahala apa yang telah aku baca” (Kitab Al-Adzkar lil-Imam Nawawi hal. 293)


والمختار الوصول إذا سأل الله أيصال ثواب قراءته، وينبغى الجزم به لانه دعاء، فإذا جاز الدعاء للميت بما ليس للداعى، فلان يجوز
بما هو له أولى، ويبقى الامر فيه موقوفا على استجابة الدعاء، وهذا المعنى لا يخص بالقراء بل يجرى في سائر الاعمال، والظاهر أن
الدعاء متفق عليه انه ينفع الميت والحى القريب والبعيد بوصية وغيرها



“dan pendapat yang dipilih (qaul mukhtar) adalah sampai, apabila memohon kepada Allah menyampaikan pahala bacaannya, dan selayaknya melanggengkan dengan hal ini karena sesungguhnya ini do’a, sebab apabila boleh berdo’a untuk orang mati dengan perkara yang bukan bagi yang berdo’a, maka kebolehan dengan hal itu bagi mayyit lebih utama, dan makna pengertian semacam ini tidak hanya khusus pada pembacaan al-Qur’an saja saja, bahkan juga pada seluruh amal-amal lainnya, dan faktanya do’a, ulama telah sepakat bahwa itu bermanfaat bagi orang mati maupun orang hidup, baik dekat maupun jauh, baik dengan wasiat atau tanpa wasiat”. (Kitab Al-Majmu’ Syarah Muhadzab lil-Imam Nawawi juz 15 hal. 522)

Dari beberapa keterangan ulama-ulama Syafi’iyah diatas maka dapat disimpulkan bahwa qaul masyhur pun sebenarnya menyatakan sampai apabila al-Qur’an dibaca hadapan mayyit termasuk membaca disamping qubur, juga sampai apabila meniatkan pahalanya untuk orang mati yakni pahalanya ditujukan untuk orang mati, dan juga sampai apabila mendo’akan bacaan al-Qur’an yang telah dibaca agar disampaikan kepada orang yang mati

dalam kitab Fathul Aziz juz 5 hal. 249, disebutkan yg terjemahnya ^_^

“dan sunnah agar peziarah mengucapkan : “Salamun ‘Alaykum dara qaumi Mukminiin wa Innaa InsyaAllahu ‘an qariibibikum laa hiquun Allahumma laa tahrimnaa ajrahum wa laa taftinnaa ba’dahum”, dan sepatutnya zair (peziarah) mendekat ke kubur yang diziarahi seperti dekat kepada sahabatnya ketika masih hidup ketika mengunjunginya, al-Qadli Abu ath-Thayyib ditanya tentang mengkhatamkan al-Qur’an dipekuburan maka beliau menjawab ; ada pahala bagi pembacanya, sedangkan mayyit seperti orang yang hadir yang diharapkan mendapatkan rahmat dan berkah baginya, Maka disunnahkan membaca al-Qur’an di pekuburan berdasarkan pengertian ini (yaitu mayyit bisa mendapatkan rahmat dan berkah dari pembacaan al-Qur’an) dan juga berdo’a mengiringi bacaan al-Qur’an niscaya lebih dekat untuk diterima sebab do’a bermanfaat bagi mayyit”.

kemudian hal senada juga termaktub dalam Kitab Nihayatul Muhtaj ilaa Syarhi al-Minhaj juz 3 hal. 36, yg terjemahnya ^_^

dan (disunnahkan ketika ziarah) membaca al-Qur’an dan berdo’a mengiri pembacaan al-Qur’an, sedangkan do’a bermanfaat bagi mayyit, dan do’a mengiringi bacaan al-Qur’an lebih dekat di ijabah

kemudian terakhir hal ini juga senada yg termaktub dlm kitab al-Fiqhul Manhaji ‘alaa Madzhab al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah juz 1 hal. 184 ^_^



من آداب زيارة القبور: إذا دخل الزائر المقبرة، ندب له أن يسلم على الموتى قائلا : ” السلام عليكم دار قوم مؤمنين، وإنا إن شاء
لله بكم لاحقون. وليقرأ عندھم ما تيسر من القرآن، فإن الرحمة تنزل حيث يُقرأ القرآن،ثم ليدع لھم عقب القراءة، وليھدِ مثل ثواب
تلاوته لأرواحھم، فإن الدعاء مرجو الإِجابة، وإذا استجيب الدعاء استفاد الميت من ثواب القراءة. ولله اعلم.



“Diantara adab ziarah qubur : apabila seorang peziarah masuk area pekuburan, disunnahkan baginya mengucapkan salam kepada orang yang mati dengan ucapan : Assalamu ‘alaykum dara qaumin mukminiin wa innaa InsyaAllahu bikum laa hiquun”, kemudian disunnahkan supaya membaca apa yang mudah dari al-Qur’an disisi qubur mereka, sebab sesungguhnya rahmat akan diturunkan ketika dibacakan al-Qur’an, kemudian disunnahkan supaya mendo’akan mereka mengiringi bacaan al-Qur’an, dan menghadiahkan pahala tilawahnya untuk arwah mereka, sebab sesungguhnya do’a diharapkan di ijabah, apabila do’a dikabulkan maka pahala bacaan al-Qur’an akan memberikan manfaat kepada mayyit.

Tidak ada komentar:

Translate